September 2013
BLACKHAT SEO, Diperuntukan untuk mengcounter propaganda kafir di dunia cyber
Tahukah Bahwa Islam Memiliki Bendera Sendiri ?
Apakah anda tahu bahwa Islam memiliki bendera yang khas? Ya, Islam merupakan dien yang lengkap yang mengatur segala aspek hidup salah satunya dalam masalah tata negara, termasuk pengaturan bendera. Bendera Islam telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw.
Bendera Rasulullah terdiri dari:
1. Al-liwa (bendera putih)
2. Ar-rayah (panji hitam)
Di dalam bahasa Arab, bendera dinamai dengan liwa (jamaknya adalah alwiyah). Sedangkan panji-panji perang dinamakan dengan rayah. Disebut juga dengan al-‘alam
(1). Rayah adalah panji-panji yang diserahkan kepada pemimpin peperangan, dimana seluruh pasukan berperang di bawah naungannya. Sedangkan liwa adalah bendera yang menunjukan posisi pemimpin pasukan, dan ia akan dibawa mengikuti posisi pemimpin pasukan.
Liwa adalah al-‘alam (bendera) yang berukuran besar. Jadi, liwa adalah bendera Negara. Sedangkan rayah berbeda dengan al-‘alam. Rayah adalah bendera yang berukuran lebih kecil, yang diserahkan oleh khalifah atau wakilnya kepada pemimpin perang, serta komandan-komandan pasukan Islam lainnya. Rayah merupakan tanda yang menunjukan bahwa orang yang membawanya adalah pemimpin perang (2).Liwa, (bendera negara) berwarna putih, sedangkan rayah (panji-panji perang) berwarna hitam. Banyak riwayat (hadist) warna liwa dan rayah, diantaranya :
"Rayahnya (panji peperangan) Rasul SAW berwarna hitam, sedang benderanya (liwa-nya) berwarna putih". (HR. Thabrani, Hakim, dan Ibnu Majah)
Meskipun terdapat juga hadist-hadist lain yang menggambarkan warna-warna lain untuk liwa (bendera) dan rayah (panji-panji perang), akan tetapi sebagian besar ahli hadits meriwayatkan warna liwa dengan warna putih, dan rayah dengan warna hitam.
Tidak terdapat keterangan (teks nash) yang menjelaskan ukuran bendera dan panji-panji Islam di masa Rasulullah SAW, tetapi terdapat keterangan tentang bentuknya, yaitu persegi empat.
"Panji Rasulullah saw berwarna hitam, berbentuk segi empat dan terbuat dari kain wol". (HR. Tirmidzi)
Al-Kittani
 (3) mengetengahkan sebuah hadist yang menyebutkan :
Rasulullah saw telah menyerahkan kepada Ali sebuah panji berwarna putih, yang ukurannya sehasta kali sehasta.
Pada liwa (bendera) dan rayah (panji-panji perang) terdapat tulisan Laa illaaha illa Allah, Muhammad Rasulullah. Pada liwa yang berwarna dasar putih, tulisan itu berwarna hitam. Sedangkan pada rayah yang berwarna dasar hitam, tulisannya berwarna putih. Hal ini dijelaskan oleh Al-Kittani (4), yang berkata bahwa hadist-hadist tersebut (yang menjelaskan tentang tulisan pada liwa dan rayah) terdapat di dalam Musnad Imam Ahmad dan Tirmidzi, melalui jalur Ibnu Abbas. Imam Thabrani meriwayatkannya melalui jalur Buraidah al-Aslami, sedangkan Ibnu ‘Adi melalui jalur Abu Hurairah.
Begitu juga Hadist-hadist yang menunjukan adanya lafadz Laa illaaha illa Allah, Muhammad Rasulullah , pada bendera dan panji-panji perang, terdapat pada kitab Fathul Bari (5).
Berdasarkan paparan tersebut diatas, bendera Islam (liwa) di masa Rasulullah saw adalah berwarna putih, berbentuk segi empat dan di dalamnya terdapat tulisan Laa illaaha illa Allah, Muhammad Rasulullah dengan warna hitam. Dan panji-panji perang (rayah) di masa Rasulullah saw berwarna dasar hitam, berbentuk persegi empat, dengan tulisan di dalamnya Laa illaaha illa Allah, Muhammad Rasulullah berwarna putih.
1. Al-Liwâ’ dan ar-Râyah secara bahasa keduanya berarti al-‘alam[u] (bendera). Di dalam Al-Qâmûs al-Muhîth, pada pasal rawiya dinyatakan: ….. ar-râyah adalah al-‘alam[u] (bendera), jamaknya râyât….; dan pada pasal lawiya dinyatakan: ….. alliwâ’ adalah al-‘alam[u] (bendera), dan jamaknya alwiyah. Kemudian dari sisi penggunaannya, syariah telah memberikan makna syar‘i untuk masing-masing, sebagai berikut:
Al-Liwâ’ berwarna putih, tertulis di atasnya Lâ ilâha illâ Allâh Muhammad Rasûlullâh dengan tulisan warna hitam. Ia diakadkan untuk amir brigade pasukan atau komandan brigade pasukan. Al-Liwâ’ itu menjadi pertanda posisi amir atau komandan pasukan dan turut beredar sesuai peredaran amir atau komandan pasukan itu. Dalil penetapan al-Liwâ untuk amir pasukan adalah sebagai berikut:
Sesungguhnya Rasulullah saw. masuk ke kota Makkah pada saat pembebasan Makkah, sementara Liwâ’ Beliau berwarna putih. (HR Ibn Majah dari Jabir) Anas juga menuturkan riwayat sebagaimana dituturkan an-Nasa’i:
"Sesungguhnya ketika Rasul saw. mengangkat Usamah bin Zaid menjadi amir pasukan untuk menggempur Romawi, Beliau menyerahkan Liwa’ Beliau kepada Usamah dengan tangan Beliau sendiri."
Ar-Râyah berwarna hitam; tertulis di atasnya Lâ ilâha illâ Allâh Muhammad Rasûlullâh dengan warna putih. Ar-Râyah berada bersama para komandan bagian-bagian pasukan (sekuadron, detasemen, dan satuan-satuan pasukan yang lain). Dalilnya adalah bahwa Rasulullah saw., ketika menjadi panglima pasukan di Khaibar, Beliau bersabda : “Sungguh, besok aku akan menyerahkan ar-râyah ini kepada seorang laki-laki yang mencintai Allah dan Rasul-Nya serta dicintai Allah dan Rasul-Nya.” Lalu Beliau menyerahkannya kepada Ali bin Abi Thalib. (HR Muttafaq ‘alaih).

Ali ketika itu merupakan komandan batalyon atau sekuadron pasukan. Demikian juga di dalam hadis Harits bin Hasan al-Bakri yang mengatakan: Kami tiba di Madinah, sementara Rasululah saw. sedang berada di atas mimbar, dan Bilal berdiri di hadapan Beliau sambil menggenggam pedang. Saat itu terdapat râyah-râyah berwarna hitam. Lalu aku bertanya, “Râyah apa ini?” Para Sahabat menjawab, “Amru bin al-‘Ash baru tiba dari peperangan.”
Makna frasa fa idza râyât sawd (saat itu terdapat râyahrâyah berwarna hitam) adalah bahwa pada waktu itu terdapat banyak râyah bersama pasukan, sementara amirnya adalah satu orang, yaitu Amru bin al-‘Ash. Ini artinya râyah itu berada bersama para komandan sekuadron atau satuan-satuan… Karena itu, al-Liwâ’ diserahkan kepada amir pasukan, sedangkan ar-Râyah ada bersama batalyon, sekuadron, dan satuan-satuan pasukan. Demikianlah, al-liwâ’ hanya satu untuk satu brigade pasukan dan ar-râyah dalam satu brigade pasukan jumlahnya banyak. Dengan begitu, al-Liwâ’ adalah bendera yang dibawa amir brigade, bukan orang lain, sementara ar-Râyah menjadi panji-panji tentara.
2. Al-Liwâ’ diakadkan kepada amir brigade dan menjadi pertanda keberadaannya, yakni selalu menyertai amir brigade. Adapun di medan peperangan, komandan peperangan, baik ia amir brigade atau komandan-komandan lainnya yang ditunjuk oleh amir brigade, diserahi ar-râyah. Ar-Râyah itu ia bawa selama berperang di medan peperangan. Karena itu, ar-Râyah disebut Umm al-Harb (Induk Perang), karena dibawa bersama komandan tempur di medan peperangan Karena itu, dalam kondisi sedang terjadi peperangan, tiap-tiap râyah berada bersama komandan tempur. Praktik demikian merupakan praktik yang dikenal luas pada masa itu. Keberadaan ar-Râyah yang tetap berkibar menjadi pertanda kekuatan tempur komandan pertempuran. Ini merupakan pengaturan yang bersifat administratif sesuai dengan tradisi berperang pasukan. Rasulullah saw. mengucapkan bela sungkawa atas gugurnya Zaid, Ja‘far, dan Abdullah bin Rawahah sebelum brigade Perang Mu‘tah datang:
Ar-Râyah dipegang oleh Zaid, lalu ia gugur; kemudian diambil oleh Ja‘far, lalu ia pun gugur; kemudian diambil oleh Ibn Rawahah, dan ia pun gugur.
Demikian pula, pada kondisi sedang terjadi peperangan, jika Khalifah memimpin langsung pertempuran maka al-Liwâ’ boleh dikibarkan di medan pertempuran, bukan hanya ar-Râyah. Telah dinyatakan di dalam Sîrah Ibn Hisyâm dalam pembicaraan mengenai Perang Badar al-Kubra, bahwa al-Liwâ’ dan ar-Râyah, berada di medan pertempuran. Adapun dalam kondisi damai atau setelah berakhirnya pertempuran, maka ar-Râyah tersebar di tengah brigade pasukan; dikibarkan oleh batalyon, sekuadron, detasemen, dan satuan-satuan pasukan…..Hal itu sebagaimana yang dijelaskan di dalam hadis penuturan Harits bin Hasan al-Bakri mengenai brigade pasukan Amru bin al-‘Ash.
3. Dalam Islam, Khalifah adalah panglima militer. Karena itu, al-Liwâ’ dikibarkan di tempat ia berada, yaitu Dâr al-Khilâfah. Praktik demikian adalah sesuai dengan syariah, karena al-Liwâ’ diakadkan untuk amir pasukan. Boleh pula dikibarkan ar-râyah di Dâr al-Khilâfah secara adminitratif dengan dasar bahwa Khalifah merupakan kepala organisasi negara. Adapun terkait dengan instansi-instansi, institusiinstitusi, dan jawatan-jawatan maka disana dikibarkan arRrâyah saja, tanpa al-Liwâ’. Sebab, al-Liwâ’ itu khusus untuk panglima pasukan sebagai tanda keberadaan (posisi)-nya.

4. Al-Liwâ diikatkan di ujung tombak dan dililitkan. Al-Liwâ’ diberikan untuk komandan-komandan resimen/brigade sesuai dengan jumlah resimen/brigade yang ada. Masing-masing al-Liwâ’ itu diakadkan untuk komandan resimen/brigade pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya…..; atau diakadkan untuk komandan resimen/brigade Syam, Irak, Palestina, da seterusnya…. sesuai dengan penamaan pasukan. Ketentuan asal, hendaknya al-Liwâ’ dililitkan di ujung tombak dan tidak dikibarkan kecuali untuk suatu keperluan. Misalnya, di atas Dâr al-Khilafah, al-Liwâ’ dikibarkan karena pentingnya Dâr al-Khilafah. Demikian pula, al-Liwâ’ dikibarkan di atas kemah/markas komandan brigade pada kondisi damai, agar umat menyaksikan keagungan al-Liwâ’ pasukan mereka.
Akan tetapi, keperluan itu, jika bertentangan dengan aspek keamanan seperti ketika dikhawatirkan musuh akan mengetahui kemah/markas komandan tentara, maka al-Liwâ’ dikembalikan pada ketentuan asal, yaitu dililitkan di ujung tombak dan tidak dikibarkan. Sementara itu, ar-Râyah dibiarkan tetap berkibar ditiup angin sebagaimana bendera-bendera pada saat ini. Ar-Râyah itu diletakkan di jawatan-jawatan (instansi-instansi) negara.
Ringkasnya adalah sebagai berikut:
Pertama, berkaitan dengan pasukan.
1. Pada kondisi sedang terjadi peperangan, al-Liwa’ selalu menyertai kemah amir brigade pasukan. Ketentuan asalnya tidak dikibarkan, tetapi tetap dililitkan di ujung tombak. Mungkin saja dikibarkan setelah dilakukan kajian atas aspek keamanan. Di dalam brigade pasukan itu terdapat ar-râyah yang dibawa oleh komandan pertempuran di medan tempur. Jika Khalifah berada di medan tempur maka al-liwâ’ boleh juga dibawa.
2. Pada kondisi damai, al-Liwâ’ diakadkan untuk komandan resimen/brigade dan dililitkan di ujung tombak. Mungkin saja dikibarkan di atas markas komandan-komandan resimen/brigade. Ar-Râyah tersebar di dalam pasukan bersama batalyon, sekuadron, detasemen, dan satuan-satuan pasukan lainnya. Mungkin saja untuk tiap-tiap batalyon atau sekuadron memiliki râyah (panji) spesifik yang menjadi cirinya (secara administrasi) dan dinaikkan bersama ar-Râyah. Kedua, Untuk tiap-tiap jawatan, instansi, dan instansiinstansi keamanan negara dinaikkan râyah saja; kecuali Dâr al- Khilâfah, juga dinaikkan al-Liwâ’ karena Khalifah adalah panglima militer. Boleh juga dinaikan ar-Râyah bersama al-Liwâ’ (secara administrasi) karena Dâr al-Khilâfah merupakan kepala organisasi negara. Organisasi-organisasi dan orang umum boleh membawa ar-Râyah dan menaikannya di atas organisasi dan rumah mereka, khususnya pada hari-hari raya atau ketika (negara/pasukan) mendapat kemenangan.

Bendera dengan pasukan umat Islam inilah yang akan membebaskan negeri negeri Islam dari penjajahan AS di Iraq, Afgahanistan, dll serta penjajahan Zionis Yahudi di Palestina. Akan mempersatukan Ummat dalam Negara Khilafah dan membebaskan mesjidil Aqsha, dan akan menjadi bendera Negara Khilafah yang di Janjikan oleh Rasulullah, Insya Allah..
BLACKHAT SEO, Diperuntukan untuk mengcounter propaganda kafir di dunia cyber
Oleh: Dr. Adian Husaini*
SEJAK ratusan tahun lalu, para misionaris Kristen di Indonesia sudah berusaha keras mengubah bangsa Indonesia –yang mayoritas Muslim– menjadi sebuah negeri Kristen. Kini, sejumlah tokoh misi Kristen di Indonesia mendeklarasikan bahwa Indonesia merupakan sebuah negeri yang siap melakukan transformasi besar-besaran, menjadi negeri Kristen. Ibarat lahan, Indonesia sudah siap panen.
Sebuah buku berjudul Transformasi Indonesia: Pemikiran dan Proses Perubahan yang Dikaitkan dengan Kesatuan Tubuh Kristus (Jakarta: Metanoia, 2003), menggambarkan ambisi dan harapan besar kaum misionaris Kristen di Indonesia tersebut.
Buku ini hanya setebal 97 halaman. Isinya pun kumpulan artikel ringkas dari berbagai tokoh Kristen dan aktivis misionaris di Indonesia, seperti Pdt. Natan Setiabudi, Niko Njotorahardjo, Bambang Widjaja, Eddy Leo, Ery Prasadja, Iman Santoso, Jeff Hammond, Rachmat T. Manulang, Jonathan Pattiasina, dan Daniel Pandji.
Dalam tulisannya yang berjudul ”Transformasi dan Kesatuan Tubuh Kristus”, Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) 2000-2005, Natan Setiabudi mendefinisikan Transformasi sebagai: ”perubahan diri dari dalam diri seseorang, sekelompok orang, atau masyarakat yang meluap ke dalam perilaku. Transformasi terjadi ketika orang, organisasi, atau masyarakat berjumpa dengan Tuhan.”
Dan Indonesia kini dikatakan kaum misionaris telah siap melakukan transformasi menjadi Kristen. Kesempatan emas saat ini tidak boleh disia-siakan, karena batas waktunya bisa lewat, sebagaimana pernah terjadi di masa Soeharto:
”Tuhan memberikan kesempatan yang luar biasa kepada orang Kristen dan China, karena pada waktu Suharto menjadi Presiden, ia begitu dekat dengan orang Kristen dan China. Kesempatan demi kesempatan diberikan kepada orang China dan Kristen untuk melakukan bisnis di berbagai bidang. Trio RMS (Radius, Mooy, Sumarlin) di bidang ekonomi beragama Kristen. Itu kesempatan yang diberikan kepada orang Kristen supaya bangsa ini menjadi bangsa yang mengenal Tuhan, tetapi orang Kristen dan gereja tidak siap, sehingga pada tahun 1990-an, waktu Suharto melirik kelompok lain, kelompok tersebut menuding bahwa dua kelompok (Kristen dan China) adalah biang keladi segala persoalan yang ada.” (hal. 45).
Sejak dulu, kaum misionaris Kristen selalu menggambarkan bahwa Indonesia adalah daerah yang diberkati Tuhan, yang siap menerima agama Kristen. Tahun 1962, Badan Penerbit Kristen (BPK), menerbitkan buku H. Berkhof dan I.H. Enklaar, berjudul Sedjarah Geredja, yang menggariskan urgensi dan strategi menjalankan misi Kristen di Indonesia:
“Boleh kita simpulkan, bahwa Indonesia adalah suatu daerah Pekabaran Indjil yang diberkati Tuhan dengan hasil yang indah dan besar atas penaburan bibit Firman Tuhan. Djumlah orang Kristen Protestan sudah 13 juta lebih, akan tetapi jangan kita lupa.... di tengah-tengah 150 juta penduduk! Djadi tugas Sending gereja-gereja muda di benua ini masih amat luas dan berat. Bukan sadja sisa kaum kafir yang tidak seberapa banyak itu, yang perlu mendengar kabar kesukaan, tetapi juga kaum Muslimin yang besar, yang merupakan benteng agama yang sukar sekali dikalahkan oleh pahlawan2 Indjil.
Tahun 1964, tokoh Kristen Indonesia, Dr. W.B. Sidjabat, dalam bukunya, Panggilan Kita di Indonesia Dewasa Ini, juga menyebutkan hambatan misi Kristen dari kaum Muslim Indonesia:
“Saudara2, kenjataan2 jang saja telah paparkan ini telah menundjukkan adanya suatu tantangan jang hebat sekali untuk ummat Kristen… Dalam hubungan ini saja hendak menundjukkan kepada ummat Kristen bahwa sekarang ini djumlah jang menunggu2 Indjil Kristus Jesus djauh lebih banyak daripada djumlah jang dihadapi oleh Rasul2 pada abad pertama tarich Masehi… Pekabaran Indjil di Indonesia, kalau demikian, masih akan terus menghadapi “challenge” Islam di negara gugusan ini… Seluruhnya ini menundjukkan bahwa pertemuan Indjil dengan Islam dalam bidang-tjakup jang lebih luas sudah “dimulai”. Saja bilang “dimulai”, bukan dengan melupakan Pekabaran Indjil kepada ummat Islam sedjak abad jang ketudjuh, melainkan karena kalau kita perhatikan dengan seksama maka “konfrontasi” Indjil dan Agama2 di dunia ini dalam bidang-tjakup jang seluas2nya, dan dalam hal ini dengan Islam, barulah “dimulai” dewasa ini setjara mendalam. Dan bagi orang2 jang berkejakinan atas kuasa Allah Bapa, jesus Kristus dan Roch Kudus, setiap konfrontasi seperti ini akan selalu dipandangnja sebagai undangan untuk turut mengerahkan djiwa dan raga memenuhi tugas demi kemuliaan Allah.”
Kini di era reformasi, kaum misionaris Kristen secara terbuka menyatakan tekad dan ambisinya untuk mengkristenkan Indonesia. Simaklah berbagai penggambaran dan optimisme kaum misionaris untuk Mengkristenkan Indonesia berikut ini. Ibaratnya, Indonesia adalah lahan yang sudah siap panen. Kaum Kristen diminta jangan sampai melewatkan kesempatan yang sangat berharga ini.
”Indonesia merupakan sebuah ladang yang sedang menguning, yang besar tuaiannya! Ya, Indonesia siap mengalami transformasi yang besar. Hal ini bukan suatu kerinduan yang hampa, namun suatu pernyataan iman terhadap janji firman Tuhan. Ini juga bukan impian di siang bolong, tetapi suatu ekspresi keyakinan akan kasih dan kuasa Tuhan. Dengan memeriksa firman Tuhan, kita akan sampai kepada kesimpulan bahwa Indonesia memiliki prakondisi yang sangat cocok bagi tuaian besar yang Ia rencanakan,” demikian ungkapan Dr. Bambang Widjaja, Gembala Sidang Gereja Kristen Perjanjian Baru, dalam tulisannya berjudul ”Indonesia Siap Mengalami Transformasi” yang dimuat dalam buku ini.
Mengutip pendapat Dr. Wilbur Smith, sang misionaris ini menyatakan, setiap revival, yaitu tindakan Tuhan yang mengakibatkan transformasi bangsa, senantiasa terjadi saat suatu bangsa berada dalam kegelapan moral yang pekat dan depresi ekonomi yang berat. ”Bukankah keadaan itu yang sedang dilewati oleh bangsa kita? Kegelapan moral dan depresi ekonomi yang berat? Masyarakat yang lelah dan terlantar? Ya, itulah sebabnya saya tidak merasa terlalu berlebihan untuk berkata bahwa Indonesia siap menghadapi tuaian yang besar. Indonesia siap mengalami transformasi!” tulis Bambang lagi.
Kaum Kristen, kata Bambang, tidak boleh melewatkan kesempatan besar ini. Sebab, kesempatan itu ada batas akhirnya. Apabila batas akhir itu terlampaui, maka gandum yang tidak tertuai akan membusuk di ladang. Aktivis misi Kristen ini kemudian memprovokasi kaum Kristen: ”Petani yang bijaksana, saat melihat tuaian sudah di ambang pintu, ia akan merasa perlu menyiapkan tenaga penuai sebanyak-banyaknya karena ia tidak menginginkan hasil ladangnya sia-sia.”
Dalam tulisannya berjudul ”Transformasi-Kairos Bagi Indonesia”, Dr. Jeff Hammond, pemimpin Gerakan Sekota Berdoa, menceritakan sejumlah kesempatan emas bagi kaum Kristen yang dilewatkan begitu saja. Pada tahun 1271, katanya, Kublai Khan meminta didatangkan seratus orang misionaris ke wilayah kerajaannya. Tapi, misionaris yang datang Cuma dua orang, bahkan mereka kemudian lari ketakutan. Suatu kairos (kesempatan yang diberikan Tuhan) terlewatkan begitu saja.
Jeff Hammond berkisah lagi, setelah Perang Dunia II berakhir, Jenderal McArthur tiba di Jepang dan melihat bahwa kepercayaan masyarakat kepada agama Shinto dan Kaisar Hirohito sudah hancur. McArthur lalu mengirim pesan kepada pimpinan Gereja di Amerika yang berbunyi: ”Kirimkan seribu orang misionaris kepada saya, maka bangsa Jepang akan menjadi bangsa Kristen.”
Tetapi, permintaan McArthur itu tidak dipenuhi. ”Masa Kairos sekali lagi berlalu begitu saja dan kini bangsa Jepang menjadi salah satu bangsa yang paling sulit dijangkau dengan Injil,” tulis Jeff Hammond. Berikutnya simaklah paparan Jeff Hammond tentang kisah sukses misi Kristen yang selama ini sudah terjadi di Indonesia:
”Setelah peristiwa G30S/PKI, terjadi masa kairos di Indonesia sehingga dalam enam tahun (1965-1971) ada lebih dari tujuh juta orang di Pulau Jawa yang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Tuaian itu telah berjalan terus dan banyak gereja di mana-mana telah mengalami pertumbuhan yang luar biasa dan berbagai gerakan yang mulai lahir telah berdampak selama tahun 1970-1980-an. Pada tahun 1997, suatu masa kairos baru di Indonesia telah mulai dan sekarang sedang berjalan dan sedang menuju suatu klimaks dan ledakan besar kuasa Tuhan yang akan membawa transformasi besar bagi seluruh bangsa Indonesia.”
Membaca kisah-kisah sukses misi Kristen seperti ini, sebagai orang Muslim Indonesia, kita patut bertanya-tanya, mengapa selama ini masyarakat Indonesia dan dunia internasional dijejali dengan berbagai cerita tentang kesulitan kaum Kristen dalam membangun gereja dan mengekspresikan agama mereka. Bahkan, cerita-cerita sedih tentang kebebasan beragama kaum Kristen inilah yang senantiasa diekspose keluar negeri, sehingga memberikan kesan bahwa Indonesia adalah negeri muslim yang sangat tidak toleran dan menindas kaum minoritas Kristen. Kini, banyak kalangan Kristen dan juga kaum liberal yang menjadikan isu ”kebebasan beragama” sebagai komoditas untuk menarik perhatian -- dan mungkin juga dana -- dari dunia internasional.
Menurut Jeff Hammond, sejak Mei 1997, ada banyak nubuatan yang sangat signifikan tentang rencana Tuhan untuk membawa transformasi ke Indonesia. Ada lima nubuatan yang disebutnya, yaitu (1) Akan terjadi goncangan ekonomi di Indonesia, (2) Goncangan itu akan menyebabkan Presiden yang menjabat digulingkan, (3) Setelah itu akan muncul seorang presiden di dalam masa transisional, (4) Akan ada Presiden wanita, dan (5) Indonesia akan mengalami masa tuaian besar. Satu per satu nubuatan-nubuatan itu sedang digenapi.
Masih menurut Jeff Hammond, misi Kristen di Indonesia memandang tahun 2005 sebagai tahun tuaian dan tahun 2020 sebagai tahun penggenapan Amanat Agung di Indonesia. Maksudnya, pada tahun itu, Indonesia akan berangsur-angsur berubah dari impian menjadi kenyataan. Salah satu bentuk transformasi Indonesia adalah terjadinya petobatan sejati yang akan membawa berjuta-juta orang untuk mengenal dan menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat pribadi.
Jeff Hammond akhirnya mendesak kaum Kristen:
”Waktunya sudah hampir tiba. Jangan berlambat-lambat. Bergegaslah. Inilah waktu bagi Anda untuk terlibat dalam penciptaan Indonesia baru. Jangan hanya menjadi penonton atau pembaca sejarah, tetapi jadilah pencipta sejarah.” (hal. 29).
Misionaris Kristen lainnya, Ir. Rahmat T. Manullang mendesak kaum Kristen untuk segera berbuat, karena kondisinya sudah sangat genting dan kesabaran Tuhan hampir habis. Bangsa Indonesia harus segera menyembah Tuhan, sebagaimana yang dikonsepkan oleh kaum Kristen.
”Bangsa kita saat ini sedang dalam keadaan yang sangat genting, dan Tuhan ingin kita mengerti hal itu. Kesabaran Tuhan tinggallah sedikit, dan kita sebagai gereja harus peduli akan bangsa ini, jika tidak bangsa ini akan mengalami kehancuran. Dalam sisa waktu ini kita harus bergegas. Ada sesuatu yang Tuhan ingin agar kita lakukan. Yakinlah bahwa Tuhan tidak menginginkan bangsa Indonesia hancur. Namun, syaratnya hanyalah satu, yaitu Tuhan harus menemukan umat-Nya di negeri ini, yang percaya dan yang memberi hidupnya bagi Indonesia. Alkitab mengungkapkan bahwa Tuhan mencintai semua bangsa dan ingin agar mereka semua menyembah-Nya.” (hal. 49).
Bahkan, Indonesia dipandang sebagai daerah yang mendapatkan janji khusus, sesuai dengan gambaran Kitab Yesaya 60:7-9. Sebab, katanya, Indonesia adalah keturunan kedar Nebayot. Indonesia adalah keturunan Ismael Rohani terbesar, lebih besar dibandingkan dengan seluruh penduduk Timur Tengah. Karena itu, kaum Kristen diseru:
”Umat Tuhan harus setia memberikan yang terbaik, baik uang, pikiran, daya, atau apa pun dan menyerahkannya kepada Tuhan agar Ia menjamahnya sehingga terjadi multiplikasi sumber daya yang luar biasa. Umat Tuhan, inilah waktunya. Inilah saatnya janji Tuhan digenapi di Indonesia.” (hal. 51)
Dalam upaya mengkristenkan Indonesia inilah, para misionaris sangat menekankan peran gereja: ”Tugas gereja sebagai satu organisme yang telah ditebus oleh darah Kristus adalah meneruskan karya salib bagi banyak manusia yang diciptakan dan dikasihi-Nya, yaitu mereka yang bukan saja belum menerima Kristus sebagai Juruselamat pribadi mereka, melainkan juga mereka yang tertindas dan diperlakukan tidak adil... Dalam hal ini, gereja adalah alat yang dipilih Tuhan untuk menjadi agen transformasi.” (hal. 73-74).
Bagi kaum misionaris, gereja bukan sekedar tempat ibadah, tetapi ”gereja melihat penginjilan sebagai mandat yang paling utama di dalam misinya.” (hal. 74); ”gereja melihat keadilan sosial di dalam kehidupan masyarakat sebagai akibat (”buah”) dari penginjilan... mandat/misi gereja yang paling utama dan satu-satunya adalah penginjilan.” (hal. 75). Bahkan, ”penginjilan menjadi sesuatu yang lebih suci dibandingkan dengan mandat sosial budaya.” (hal. 75).
Inilah tekad kaum misionaris Kristen untuk mengkristenkan Indonesia. Segala daya upaya mereka kerahkan. Gereja-gereja terus dibangun di mana-mana untuk memuluskan misi mereka. Gereja-gereja dan gerakan misi terus bergerak untuk meraih tujuan, yang ditegaskan pada sampul belakang buku ini: ”supaya semua gereja yang ada di Indonesia dapat bersatu sehingga Indonesia dapat mengalami transformasi dan dimenangkan bagi Kristus.”
Memang, sejak dulu, kaum misionaris Kristen sudah menyadari dan merasakan, bagaimana beratnya melaksanakan tugas misinya ke dunia Islam. Jurnal Misi Kristen The Moslem World edisi Oktober 1946 mengutip ungkapan J. Christy Wilson, seorang Misionaris Kristen: “Evangelism for Mohammedans is probably the most difficult of all missionary tasks.” Seperti disebut sebelumnya, Berkhof juga menyebut, bahwa “kaum Muslimin yang besar yang merupakan benteng agama yang sukar sekali dikalahkan oleh pahlawan2 Indjil”. Dr. Sidjabat juga mengakui: “Pekabaran Indjil di Indonesia, kalau demikian, masih akan terus menghadapi “challenge” Islam di negara gugusan ini…”.
Itulah program, tekad, dan tantangan kaum misionaris Kristen? Lalu, apa jawaban umat Islam? Wallahu A’lam. (Depok/www.hidayatullah.com]
Catatan Akhir Pekan [CAP] adalah hasil kerjasama antara Radio Dakta 107 FM danwww.hidayatullah.com
BLACKHAT SEO, Diperuntukan untuk mengcounter propaganda kafir di dunia cyber
Journalis Islam III
Isu-isu anti-Islam dan pemberitaan negatif tentang Islam diorganisir secara rapi oleh 37 organisasi yang menjadi pusat promosi Islamophobia di Amerika Serikat (AS) selama 2011-2012 yang membentuk “jaringan inti”, Di samping itu, ada 32 kelompok lain yang tujuan utamanya tidak tampak mempromosikan prasangka melawan atau membenci Islam dan Muslim, tetapi bekerja secara reguler menunjukkan dukungan terhadap tema-tema Islamophobia, yang membuatnya masuk kategori “jaringan luar."

Terungkap kelompok anti-Islam tersebut menerima pendanaan lebih dari $119 juta atau 1.3 trilyun rupiah lebih antara 2008-2011.

Sebagaimana laporan Dewan advokasi hubungan Islam-Amerika (CAIR) berjudul "Legislating Fear; Islamophobia and its Impact in the United States". yang diluncurkan pada Kamis (19/9)

Silakan Download filenya
http://www.cair.com/legislatingfear2013.html
Journalis Islam melaporkan

BLACKHAT SEO, Diperuntukan untuk mengcounter propaganda kafir di dunia cyber

Kisah Nyata : .. "PAPA, MAMA, .. RIO TUNGGU DI PINTU SURGA" ..

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Agnes adalah sosok wanita Katolik taat. Setiap malam, ia beserta keluarganya rutin berdoa bersama. Bahkan, saking taatnya, saat Agnes dilamar Masih beribadah di gereja

hartono, kekasihnya yang beragama Islam, dengan tegas ia mengatakan, “Saya lebih mencintai Yesus Kristus dari pada manusia!”

Ketegasan prinsip Katolik yang dipegang wanita itu menggoyahkan Iman Martono yang muslim, namun jarang melakukan ibadah sebagaimana layaknya orang beragama Islam. Martono pun masuk Katolik, sekedar untuk bisa menikahi Agnes. Tepat tanggal 17 Oktober 1982, mereka melaksanakan pernikahan di Gereja Ignatius, Magelang, Jawa Tengah.

Usai menikah, lalu menyelesaikan kuliahnya di Jogjakarta, Agnes beserta sang suami berangkat ke Bandung, kemudian menetap di salah satu kompleks perumahan di wilayah Timur kota kembang. Kebahagiaan terasa lengkap menghiasi kehidupan keluarga ini dengan kehadiran tiga makhluk kecil buah hati mereka, yakni: Adi, Icha dan Rio.

Di lingkungan barunya, Agnes terlibat aktif sebagai jemaat Gereja Suryalaya, Buah Batu, Bandung. Demikan pula Martono, sang suami. Selain juga aktif di Gereja, Martono saat itu menduduki jabatan penting, sebagai kepala Divisi Properti PT Telkom Cisanggarung, Bandung.

Karena Ketaatan mereka memegang iman Katolik, pasangan ini bersama beberapa sahabat se-iman, sengaja mengumpulkan dana dari tetangga sekitar yang beragama Katolik. Mereka pun berhasil membeli sebuah rumah yang ‘disulap’ menjadi tempat ibadah (Gereja,red).

Uniknya, meski sudah menjadi pemeluk ajaran Katolik, Martono tak melupakan kedua orangtuanya yang beragama Islam. Sebagai manifestasi bakti dan cinta pasangan ini, mereka memberangkatkan ayahanda dan ibundanya Martono ke Mekkah, untuk menunaikan rukun Islam yang kelima.

Hidup harmonis dan berkecukupan mewarnai sekian waktu hari-hari keluarga ini. Sampai satu ketika, kegelisahan menggoncang keduanya. Syahdan, saat itu, Rio, si bungsu yang sangat mereka sayangi jatuh sakit. Panas suhu badan yang tak kunjung reda, membuat mereka segera melarikan Rio ke salah satu rumah sakit Kristen terkenal di wilayah utara Bandung.

Di rumah sakit, usai dilakukan diagnosa, dokter yang menangani saat itu mengatakan bahwa Rio mengalami kelelahan. Akan tetapi Agnes masih saja gelisah dan takut dengan kondisi anak kesayangannya yang tak kunjung membaik.

Saat dipindahkan ke ruangan ICU, Rio, yang masih terkulai lemah, meminta Martono, sang ayah, untuk memanggil ibundanya yang tengah berada di luar ruangan. Martono pun keluar ruangan untuk memberitahu Agnes ihwal permintaan putra bungsunya itu.

Namun, Agnes tak mau masuk ke dalam. Ia hanya mengatakan pada Martono, ”Saya sudah tahu.” Itu saja.

Martono heran. Ia pun kembali masuk ke ruangan dengan rasa penasaran yang masih menggelayut dalam benak.

Di dalam, Rio berucap, “Tapi udahlah, Papah aja, tidak apa-apa.”

“Papah, hidup ini hanya 1 centi. Di sana nggak ada batasnya,” lanjutnya.

Sontak, rasa takjub menyergap Martono. Ucapan bocah mungil buah hatinya yang tengah terbaring lemah itu sungguh mengejutkan. Nasehat kebaikan keluar dari mulutnya seperti orang dewasa yang mengerti agama.

Hingga sore menjelang, Rio kembali berujar, “Pah, Rio mau pulang!”

“Ya, kalau sudah sembuh nanti, kamu boleh pulang sama Papa dan Mama,” jawab Martono.

“Ngga, saya mau pulang sekarang. Papah, Mamah, Rio tunggu di pintu surga!” begitu, ucap Rio, setengah memaksa.

Belum hilang keterkejutan Martono, tiba-tiba ia mendengar ‘bisikan’ yang meminta dia untuk membimbing membacakan syahadat kepada anaknya. Ia kaget dan bingung. Tapi perlahan Rio dituntun sang ayah, Martono, membaca syahadat, hingga kedua mata anak bungsunya itu berlinang. Martono hafal syahadat, karena sebelumnya adalah seorang Muslim.

Tak lama setelah itu ‘bisikan’ kedua terdengar, bahwa setelah adzan Maghrib Rio akan dipanggil sang Pencipta. Meski tambah terkejut, mendengar bisikan itu, Martono pasrah. Benar saja, 27 Juli 1999, persis saat sayup-sayup adzan Maghrib, berkumandang Rio menghembuskan nafas terakhirnya.

Tiba jenazah Rio di rumah duka, peristiwa aneh lagi-lagi terjadi. Agnes yang masih sedih waktu itu seakan melihat Rio menghampirinya dan berkata, “Mah saya tidak mau pakai baju jas mau minta dibalut kain putih aja.”

Saran dari seorang pelayat Muslim, bahwa itu adalah pertanda Rio ingin dishalatkan sebagaimana seorang Muslim yang baru meninggal.

Setelah melalui diskusi dan perdebatan diantara keluarga, jenazah Rio kemudian dibalut pakaian, celana dan sepatu yang serba putih kemudian dishalatkan. Namun, karena banyak pendapat dari keluarga yang tetap harus dimakamkan secara Katolik, jenazah Rio pun akhirnya dimakamkan di Kerkov. Sebuah tempat pemakaman khusus Katolik, di Cimahi, Bandung.

Sepeninggal Rio ...

Sepeninggal anaknya, Agnes sering berdiam diri. Satu hari, ia mendengar bisikan ghaib tentang rumah dan mobil. Bisikan itu berucap, “Rumah adalah rumah Tuhan dan mobil adalah kendaraan menuju Tuhan.”

Pada saat itu juga Agnes langsung teringat ucapan mendiang Rio semasa TK dulu, ”Mah, Mbok Atik nanti mau saya belikan rumah dan mobil!” Mbok Atik adalah seorang muslimah yang bertugas merawat Rio di rumah.

Saat itu Agnes menimpali celoteh si bungsu sambil tersenyum, “Kok Mamah ga dikasih?”

“Mamah kan nanti punya sendiri” jawab Rio, singkat.

Entah mengapa, setelah mendengar bisikan itu, Agnes meminta suaminya untuk mengecek ongkos haji waktu itu. Setelah dicek, dana yang dibutuhkan Rp. 17.850.000. Dan yang lebih mengherankan, ketika uang duka dibuka, ternyata jumlah totalnya persis senilai Rp 17.850.000, tidak lebih atau kurang sesenpun. Hal ini diartikan Agnes sebagai amanat dari Rio untuk menghajikan Mbok Atik, wanita yang sehari-hari merawat Rio di rumah.

Singkat cerita, di tanah suci, Mekkah, Mbok Atik menghubungi Agnes via telepon. Sambil menangis ia menceritakan bahwa di Mekkah ia bertemu Rio. Si bungsu yang baru saja meninggalkan alam dunia itu berpesan, “Kepergian Rio tak usah terlalu dipikirkan. Rio sangat bahagia disini. Kalo Mama kangen, berdoa saja.”

Namun, pesan itu tak lantas membuat Agnes tenang. Bahkan Agnes mengalami depresi cukup berat, hingga harus mendapatkan bimbingan dari seorang Psikolog selama 6 bulan.

Satu malam saat tertidur, Agnes dibangunkan oleh suara pria yang berkata, “Buka Alquran surat Yunus!”. Namun, setelah mencari tahu tentang surat Yunus, tak ada seorang pun temannya yang beragama Islam mengerti kandungan makna di dalamnya. Bahkan setelah mendapatkan Al Quran dari sepupunya, dan membacanya berulang-ulang pun, Agnes tetap tak mendapat jawaban.

“Mau Tuhan apa sih?!” protesnya setengah berteriak, sembari menangis tersungkur ke lantai. Dinginnya lantai membuat hatinya berangsur tenang, dan spontan berucap, “Astaghfirullah…”

Tak lama kemudian, akhirnya Agnes menemukan jawabannya sendiri di surat Yunus ayat 49: “Katakan tiap-tiap umat mempunyai ajal. Jika datang ajal, maka mereka tidak dapat mengundurkannya dan tidak (pula) mendahulukannya”.

Beberapa kejadian aneh yang dialami sepeninggal Rio, membuat Agnes berusaha mempelajari Islam lewat beberapa buku. Hingga akhirnya wanita penganut Katolik taat ini berkata, “Ya Allah, terimalah saya sebagai orang Islam, saya tidak mau di-Islamkan oleh orang lain!”.

Setelah memeluk Islam, Agnes secara sembunyi-sembunyi melakukan shalat. Sementara itu, Martono, suaminya, masih rajin pergi ke gereja. Setiap kali diajak ke gereja Agnes selalu menolak dengan berbagai alasan.

Sampai suatu malam, Martono terbangun karena mendengar isak tangis seorang perempuan. Ketika berusaha mencari sumber suara, betapa kagetnya Martono saat melihat istri tercintanya, Agnes, tengah bersujud dengan menggunakan jaket, celana panjang dan syal yang menutupi aurat tubuhnya.

“Lho kok Mamah shalat,” tanya Martono.

“Maafkan saya, Pah. Saya duluan, Papah saya tinggalkan,” jawab Agnes lirih.

Ia pasrah akan segala resiko yang harus ditanggung, bahkan perceraian sekalipun.

Martono pun Akhirnya Kembali ke Islam ...

Sejak keputusan sang istri memeluk Islam, Martono seperti berada di persimpangan. Satu hari, 17 Agustus 2000, Agnes mengantar Adi, putra pertamanya untuk mengikuti lomba adzan yang diadakan panitia Agustus-an di lingkungan tempat mereka tinggal. Adi sendiri tiba-tiba tertarik untuk mengikuti lomba adzan beberapa hari sebelumnya, meski ia masih Katolik dan berstatus sebagai pelajar di SMA Santa Maria, Bandung. Martono sebetulnya juga diajak ke arena perlombaan, namun menolak dengan alasan harus mengikuti upacara di kantor.

Di tempat lomba yang diikuti 33 peserta itu, Gangsa Raharjo, Psikolog Agnes, berpesan kepada Adi, “Niatkan suara adzan bukan hanya untuk orang yang ada di sekitarmu, tetapi niatkan untuk semesta alam!” ujarnya.

Hasilnya, suara Adzan Adi yang lepas nan merdu, mengalun syahdu, mengundang keheningan dan kekhusyukan siapapun yang mendengar. Hingga bulir-bulir air mata pun mengalir tak terbendung, basahi pipi sang Ibunda tercinta yang larut dalam haru dan bahagia. Tak pelak, panitia pun menobatkan Adi sebagai juara pertama, menyisihkan 33 peserta lainnya.

Usai lomba Agnes dan Adi bersegera pulang. Tiba di rumah, kejutan lain tengah menanti mereka. Saat baru saja membuka pintu kamar, Agnes terkejut melihat Martono, sang suami, tengah melaksanakan shalat. Ia pun spontan terkulai lemah di hadapan suaminya itu. Selesai shalat, Martono langsung meraih sang istri dan mendekapnya erat.

Sambil berderai air mata, ia berucap lirih, “Mah, sekarang Papah sudah masuk Islam.”

Mengetahui hal itu, Adi dan Icha, putra-putri mereka pun mengikuti jejak ayah dan ibunya, memeluk Islam.

Perjalanan panjang yang sungguh mengharu biru. Keluarga ini pun akhirnya memulai babak baru sebagai penganut Muslim yang taat. Hingga kini, esok, dan sampai akhir zaman. Insya Allah.

- (Profil Bapak Martono dan Ibu Agnes juga bisa disimak di Situs Pondok Pesantren Baitul Hidayat (http://baitulhidayah.org/profil-pewakaf/) yang merupakan wakaf dari mereka berdua) -

Wallahua’lam bish Shawwab ....
Barakallahufikum ....

... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...

~ o ~

Salam santun dan keep istiqomah ...

--- Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini ... Itu hanyalah dari kami ... dan kepada Allah SWT., kami mohon ampunan ... ----

Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya ...
Silahkan DICOPAS atau DI SHARE jika menurut sahabat note ini bermanfaat ....

#BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI#
------------------------------------------------
.... Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahumma Wabihamdika Asyhadu Allailaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa'atuubu Ilaik ....


________
**Sumber : http://fimadani.com/papa-mama-rio-tunggu-di-pintu-surga/
BLACKHAT SEO, Diperuntukan untuk mengcounter propaganda kafir di dunia cyber
Murad Hoffman, Mualaf : Tuduhan Islam Tidak Peduli Lingkungan ? No Way

 Murad wilfried hoffman seorang penulis berkebangsaan Jerman kelahiran 1931, ia adalah seorang muallaf yang sebelumnya berkerja sebagai Direktur Informasi untuk NATO dan pernah pula menjabat sebagai Duta besar Jerman untuk Nigeria dan Maroko. Karena kepekaannya terhadap kebenaran yang ia kritisi ketika ia masih dengan keyakinan Kristen sebelumnya akhirnya ia kemudian menjadi pemerhati dunia Islam, banyak menulis tentang Islam , salah satu naskahnya adalah The Alternative, yang membuat kalangan Barat menolaknya, sebagaimana mereka menolak islam sebagai alternatif bahkan satu-satunya jalan bagi sebagian besar permasalahan kehidupan duniawi. Berikut ini adalah cuplikan tulisannya dari Bukunya berjudul 20 Alasan Barat Membenci Islam. Islam dan Lingkungan hidup dibawah ini adalah salah satu bahasan di antara bahasan lain seperti Ekonomi Pasar Islam, Islam Agama Yang sempurna , hak Asasi Manusia, wanita dalam Masyarakat , Ketika Fitnah menjadi tradisi, semuanya adalah sub judul dalam buku tersebut.

 Dunia Islam bukannya tidak punya perhatian terhadap masalah lingkungan, tetapi Barat dengan segala kebencian, kepongahan dan kedengkiannya memandang sebelah mata. Bahkan terkesan hanya negara dengan teknologi yang sudah tinggi yang mampu memberikan pengawasannya kepada masalah lingkungan. Proyek-proyek mahal dari negara-negara Barat untuk melindungi bumi dalam skala golobal di mata mereka tampak sebagai kemewahan yang hanya dapat dibiayai oleh negara dunia pertama yang telah maju industrinya. Disini mereka membanggakan dirinya sebagai orang-orang dalam lingkaran environ romantisme.

 Sebenarnya hanya sedikit saja kebenaran disitu , tetapi lebih banyaknya adalah pada semangat moral sebagai misionaris lingkungan , bahkan neo-kolonialisme masuk melalui pintu belakang ini (ekologi).

 Seperti bangsa Jerman pada umumnya , maka demiikian pula kaum muslim Jerman, Ahmad von denffer, Harun Behr dan Axel Kohler telah berusaha untuk meletakkan dasar-dasar etika lingkungan sejak terjadinya kejutan kenyataan pertama mengenai kehancuran lingkungan . Para ilmuwan Muslim telah menggelar diskusi mengenai “ Masalah Lingkungan dan Islam “ sebagai tema utama dalam peringatan ulang tahun ke 25 pusat Islam di Aachen pada 17 Mei 1989.

 Masalah-masalah penting dalam politik Islam untuk menyelamatkan bumi dapat diringkas sebagai berikut :

 Pertama, Penyebab yang sesungguhnya dari bencana kehancuran lingkungan adalah kepongahan manusia modern yang tidak bertuhan, yang percaya bahwa dirinyalah penguasa lingkungan yang kekuasaannya tak kenal batas dan yang mengumbar nafsu hedonistik yang tak terkendali atas alam seakan-akan alam tidak punya hak untuk tetap hidup dan utuh. Kaum Muslim sebaliknya, tahu bahwa tidak ada yang menjadi miliknya sebab segala sesuatu itu milik Allah , bahwa dia tidak tinggal di bumi untuk menguasainya seperti juga dikemukakan dalam Bibel, melainkan untuk memanfaatkannya secara bertanggung jawab dalam arti bahwa dia berhak untuk menggunakan dan menikmatinya tanpa merugikan atau merusaknya.

 Kedua, Allah menganjurkan setiap muslim untuk tidak berlebihan dalam segala hal dan tidak menyia-nyiakannya dalam keadaan bagaimanapun

 “Sesungguhnya dia tidak menyukai orang yang berlebihan”.. (6 : 141)

 Secara khusus ayat ini mengungkapkan anjuran untuk menghindari kemewahan dan kemegahan dan dalam prinsip untuk berhenti ketika makan kenyang.. Secara umum ini mengacu pula pada prinsip mempertahankan keseimbangan ekologi, seperti terungkap dalam ayat Al Qur’an :

 “ Maka janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi ini setelah (diciptakan) dengan baik…”(QS Al A’raf : 56)

 Untuk menjaga tatanan alam yang telah dirancang dengan baik, kaum muslim hendaklah berdiri sebagai pelindungnya, meskipun tidak ada bencana yang mengancam. Bahkan Rasulullah Saw sendiri memaklumatkan larangan bagi pasukannya untuk merusak tanaman ketika mereka sedang menyerang suatu daerah agar tunduk kepada Islam. Perhatikan pula dalam fiqih ibadah haji, membunuh hewan ataupun mencabuti pohon rumput, bisa menjadikan yang melakukannya tidak sempurna dalam berhaji.

 Selain itu Al qur’an sendiri penuh dengan gambaran mengenai alam yang tujuannya adalah memasukan ke dalam hati manusia , rasa hormat pada ciptaan Tuhan yang dipandang sebagai bukti paling nyata mengenai keberadaaan Tuhan. Bagi kaum muslim, seluruh kosmos (alam raya) merupakan komunitas yang bersatu dalam memuja dan memuliakan Allah.

 Maka jelaslah kedudukan halnya bintang buas bukanlah obyek hidup yang tak bertuan seperti yang dimaksudkan dalam Hukum Perdata Barat , sama halnya seperti binatang piaraan mereka adalah anggota suatu Ummah !, Persis seperti orang Muslim yang menajdi anggota ummah Islam . Karena terdorong semangat ini Nabi Muhammad sering turun membela binatang yang disiksa atau kelaparan bahkan burung kecil. Ini bukan berarti bahwa manusia tidak berhak mengambil manfaat dari binatang , tetapi membunuh binatang semata-mata demi kesenangan adalah dilarang. Azab akhirat sudah menanti bagi orang yang gemar menzalimi makhluk ‘kecil ciptaan Allah ini.

 Ketiga, Alqur’an juga banyak memuat mengenai fenomena alam, lautan, gunung, tumbuhan, luar angkasa dan hal-hal yang belakangan ini terjadi pada lingkungan seperti, meletusnya gunung berapi , banjir, kekeringan dan lain-lain yang disebabkan oleh ulah manusia.

 Yang sangat penting bagi dunia ekologi adalah “ kebersihan adalah bagian dari iman” Bukankah kehancuran lingkungan sering dimulai dengan polusi ?

 Orang-orang yang memeperhatikan semua ini tidak akan menemukan pemecahan bagi masalah lingkungan kita seperti Holgerschleip dalam sebuah agama “kembali ke alam” yang baru dan tentu saja bukan sekedar dalam romantisme alam ‘hijau’ yang sekarang ini sedang digembar-gemborkan. Mengidolakan alam tidak dapat mengubah konsekuensi-konsekuensi lingkungan yang ditimbulkan oleh sikap penyangkalan terhadap Tuhan.

 Banyak generasi muda di lingkungan hijau yang telah menyadari ini dan bahkan dituduh telah tenggelam dalam “grenolatry” Mereka telah sadar bahwa pandangan mengenai dunia ini tidak dapat diubah dengan pembatasan diri secara sengaja . Kenyataannya, alam tidak dapat diselamatkan oleh apapun kecuali perubahan revolusioner dalam sikap manusia Barat sebagai konsumen. Hanya jika dia memandang dirinya sebagai ‘abd (hamba tuhan) , seperti yang diyakini musllim barulah revolusi itu akan terjadi.

 Maka, banyak kalangan masyarakat ‘hijau’ menemukan jalan mereka menuju Islam setelah mereka mengikuti alternatif yang keliru. Sebagian diantara mereka sebelumnya tenggelam dalam kekawatiran akan resiko eksistensial dalam kehidupan. Pada mulanya , ketakutan mereka semata-mata merupakan gejala krisis nilai di dalam masyarakat barat. Selanjutnya , ketakutan yang sama ini menjadi impuls yang kuat untuk mencari dan menemukan kedamaian dalam penyerahan diri kepada tuhan. Itulah islam.

 Subhanallah indah dan sempurnanya Islam.., kaum muslim dimanakah gerangan?

 Sumber : Eramuslim
BLACKHAT SEO, Diperuntukan untuk mengcounter propaganda kafir di dunia cyber
Hidayah adalah rahasia Allah, tidak ada yang bisa menghalang-halanginya. Setidaknya itulah yang diyakini setiap umat Islam.
Hidayah inilah yang dirasakan Duta Besar Republik Paraguay untuk lima negara ASEAN, Cecar Estebon Grillion setelah resmi menjadi muallaf ketika mengucapkan dua kalimat syahadat usai Sholat Jumat di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (27/9).
Ia mengungkapkan, Islam itu ternyata agama yang indah, mengatur segala sendi kehidupan dan jauh dari seperti yang digambarkan oleh kelompok tertentu.
Ketertarikannya terhadap Islam muncul begitu saja tidak pernah ia sangka-sangka. Awalnya ia hanya berpikir, kalau memang Tuhan itu ada, bagaimana mungkin nama-nama Tuhan itu berbeda-beda.
Cecar pun mulai mempelajari dan membaca bahwa sebenarnya ada kesamaan nama-nama Tuhan dari agama yang diturunkan dari keluarga Ibrahim.
Sejak awal ia sepakat bahwa Tuhan itu maha kuasa dan esa. Ini sesuai dengan konsep asli agama-agama keturunan Ibrahim. Dan itu terlihat bagaimana nama-nama Tuhan di agama Ibrahim.
"Di Yahudi Tuhan disebut Elohim, di Kristen disebut Alah dan di Islam disebut Allah," ujarnya yang di dampingi calon istrinya Yulie Setyohadi, sebagai penerjemah.
Belakangan Cecar benar-benar memahami hanya Islam yang secara tegas mendeklarasikan bahwa Allah itu satu dan tidak ada tandingan atau keturunan yang dapat menandinginya.
"Dari sinilah ketertarikannya terhadap Islam," ujar Yulie kepada Republika. Setelah menyampaikan ketertarikannya tersebut, Cecar pun memutuskan untuk mempelajari Islam lebih mendalam.
Yulie memastikan keinginan calon suaminya mencari hidayah itu bukan karena paksaan dari dirinya atau hanya karena alasan pernikahan.
Keseriusan Cecar mendalami Islam ini terlihat ketika ia memutuskan mengenal Islam dari tokoh besar Islam Indonesia, Prof. KH. Quraisy Shihab dan dibimbing juga oleh Imam Besar Masjid Istiqlal, KH. Ali Mustafa Yaqub.
Imam Besar Masjid Istiqlal, KH. Ali Mustafa Yaqub mengatakan, sejak awal sudah terlihat keseriusan Cesar untuk memperdalam Islam. Keseriusannya ini pun ia tunjukkan dengan menghafal bacaan dua kalimat syahadat. "Dia sebenarnya sudah bersyahadat, dengan berusaha menghafal berkali kalimat syahadat itu," katanya.

Ini terlihat ketika pengucapan syahadat di Istiqlal, Cecar tidak menghadapi masalah dalam pengucapan. Menurut Ali, inilah hidayah Allah yang diberikan kepada Cecar, Dubes Republik Paraguay untuk Indonesia dan lima negara ASEAN lain. "Hidayah ini tidak bisa ditolak dan dihalangi, karena ini keajaiban yang diberikan Allah," ujarnya.
BLACKHAT SEO, Diperuntukan untuk mengcounter propaganda kafir di dunia cyber
Masuk Islamnya Arnoud Van Doorn membuat Belanda gempar. Pasalnya, Van Doorn adalah teman Geert Wilder sekaligus mantan Wakil Ketua Partai Kebebasan (PVV). Geert Wilders dikenal luas sebagai politisi anti-Islam yang pernah membuat film Fitnapada 2008 lalu. Sedangkan PPV yang didirikannya juga dikenal sebagai partai politik berhaluan liberal yang menentang Islam.

Apa alasan Van Doorn masuk Islam dan bagaimana ia mendapatkan hidayah? Berikut ini kisahnya:

Arnoud Van Doorn bukanlah nama baru dalam jagat perpolitikan Belanda. Ia aktif di PVV, bahkan menjadi salah satu pucuk pimpinan sebagai Wakil Ketua. Tetapi justru itulah yang mengusik hatinya. Mengapa partainya selalu memusuhi Islam? Rasa penasaran Van Doorn terhadap Islam semakin tak terbendung, hingga ia pun mulai mempelajari apa itu Islam yang sebenarnya.

"Saya benar-benar mulai memperdalam pengetahuan saya tentang Islam karena penasaran," kata Van Doorn mengenang awal mula hidayah Islam menghampirinya.

Rasa penasaran itu membuat Van Doorn mencari terjemah Al-Qur'an, hadits, dan buku-buku referensi Islam. Hari demi hari berikutnya ia lalui dengan membaca dan mengkaji buku-buku itu satu per satu, tanpa meninggalkan aktifitasnya yang lain. Selama ini Van Doorn hanya tahu Islam dari perkataan orang-orang yang membencinya.

Orang-orang yang dekat dengan Van Doorn sebenarnya tahu bahwa Van Doorn membaca referensi Islam, tetapi agaknya mereka tidak sampai berpikir bahwa itu akan menjadi jalan hidayah bagi Van Doorn. Karena lazim dalam dunia mereka, mengkaji sebuah pemikiran atau suatu faham tanpa harus mempercayai dan mengikutinya. Bahkan, tidak sedikit orang yang mempelajari Islam untuk kemudian menyerangnya.

Van Dorn menghabiskan waktu hampir setahun untuk mengkaji Qur'an, Sunnah dan sejumlah referensi Islam tersebut. Ia juga menyempatkan berdialog dengan penganut Islam untuk mengetahui lebih jauh tentang agama yang menarik hatinya tersebut.

"Orang-orang di sekitar saya tahu bahwa saya telah aktif meneliti Qur'an, sunnah dan tulisan-tulisan lain selama hampir setahun ini. Selain itu, saya juga telah banyak melakukan percakapan dengan Muslimin tentang agama," ujar Doorn kepada televisi Al-Jazirah Inggris. 

Semakin lama mempelajari Islam, Van Doorn semakin tertarik. Ia mulai merasakan Islam sebagai sesuatu yang spesial. Meskipun sebelumnya ia juga memiliki pondasi Kristen sebagai agamanya, Van Doorn merasakan Islam itu istimewa.

Apa yang selama ini ada dalam kepalanya bahwa Islam itu fanatik, menindas wanita, tidak toleran, membabi buta memusuhi Barat, perlahan hilang dari pikirannya. Van Doorn menemukan Islam sebagai sesuatu yang sama sekali berbeda dari apa yang pernah ia sangka.

Van Doorn juga menemukan, Islam adalah agama yang cinta damai. Tidak seperti tuduhan media Barat yang selama ini mencitrakan Islam sebagai teroris. 

"99 persen kaum muslimin adalah pekerja keras dan pecinta damai. Jika lebih banyak orang mempelajari Islam yang benar, semakin banyak orang yang akan melihat keindahan itu," kata Van Doorn ketika diwawancarai oleh MNA.

Jalan hidayah bagi Van Doorn semakin terbuka lebar ketika bertemu dengan seorang Muslim bernama Aboe Khoulani, seorang rekannya yang menjabat di Dewan Kota Den Haag. Selain menjelaskan Islam lebih jauh, ia juga menghubungkan Van Doorn dengan Masjid As-Soennah.

Puncak "pertarungan batin" dialami Van Doorn beberapa waktu kemudian. Apakah ia akan mengikuti hidayah yang diamini oleh fitrahnya itu atau sebatas menjadikannya sebagai pengetahuan. Beruntung, saat-saat itu tidak berlarut-larut. Setelah mantap dengan Islam, Van Doorn pun mengikrarkan syahadat. Ia pun menjadi Muslim dan menjadi saudara bagi sekitar 1,9 milyar umat. Tetapi bagi partai dan pengikutnya, Van Doorn dicap "pengkhianat." 
no image
BLACKHAT SEO, Diperuntukan untuk mengcounter propaganda kafir di dunia cyber
Media di Amerika bulan lalu melansir Superstar Hollywood Janet Jackson berhenti dari industri hiburan dan akan menjalani hidupnya sebagai seorang Muslimah.

Lalu, baru-baru ini Janet terlihat mengenakan abaya di negara Qatar.

Rob Shuter, seorang kolumnis, pemandu acara talk show dan editor majalah OK mengatakan pada stasiun TV Fox 5 bahwa Janet Jackson telah memeluk Islam dan terlihat sedang berjalan-jalan di Timur Tengah.

Menurut Shuter, Janet telah menikah dengan billioner Wissam Al Mana, dan ia kelihatannya sudah capek bergelut di industri hiburan.

Shuter mengatakan, mereka berdua telah menikah tahun lalu dalam pesta yang tertutup. Mereka menginginkan kehidupan pribadi yang jauh dari bidikan paparazzi. Al-Mana, asli Qatar, terlibat dalam grup bisnis ritel milik keluarganya di Timur Tengah. Ini adalah pernikahan Janet yang ketiga.

Janet adalah saudara perempuan dari Raja Pop Legendaris Michael Jackson. Saudara kandungnya yang lain Jermaine Jackson telah lebih dulu memeluk Islam pada 1989 setelah tur ke Timur Tengah dan mengganti namanya menjadi Muhammad Abdul Aziz.


Menyusul kakaknya, dilaporkan pada 2007 Michael Jackson telah beralih memeluk Islam. Banyak koran menulis bahwa Michael Jackson dikuburkan dengan upacara secara Islam dan Jermaine Jackson-lah yang berperan penting dalam mempengaruhi Michael Jackson memeluk Islam, juga dalam upacara pemakamannya. (Abu Akmal/salam-online)
no image
BLACKHAT SEO, Diperuntukan untuk mengcounter propaganda kafir di dunia cyber


Selasa (20/08/13) laporan pers Majalah Jerman Der Spiegel  menunjukkan kekhawatiran dan ketakutan para pejabat Jerman tentang mujahidin Jerman di Suriah.

Para pejabat Jerman cemas karena kemampuan Rapper Jerman yang masuk Islam kemudian pergi ke Suriah dan bergabung dengan mujahidin di sana, Deso Dogg, telah menjadi alat propaganda.
Laporan itu menyebutkan video yang mengajak muslimin untuk berjihad di Suriah dan Deso mengajak warga Jerman untuk mengikuti jejaknya. Dan video-video yang dipublikasikan tentang seruan untuk berjihad ke Suriah memberikan pengaruh kepada para pemuda.
Deso Dogg atau yang dikenal oleh mujahidin Suriah dengan nama Abu Talha Al-Almani adalah penyanyi rap terkenal di Jerman melalui lagu-lagu hip hopnya. Namun, ia meninggalkan popularitas dan sorotan dunia setelah ia memeluk Islam.
laporan tersebut menegaskan, sekitar 20 orang warga Jerman yang sekarang berperang di Suriah melawan pasukan tiran Bashar Assad. Sebagian dari mereka membawa istri-istri mereka dan di front pertempuran.
Awal Agustus lalu, Deso dimasukkan dalam daftar pemantauan Otoritas Jerman di Berlin. Namun ia berhasil lari dari Jerman. Dan ia muncul di media setelah berulang kali berupaya masuk ke Suriah bersama teman-temannya yang muslim.
Perlu diketahui, Nama kelahiran Deso Doggg adalah Denis Mamadou Cupert.Ia memulai karir rapnya pada tahun 1995 dan berhenti pada tahun 2010. Setelah masuk Islam ia dienal dengan nama Abou Maleeq.[usamah/imo]
BLACKHAT SEO, Diperuntukan untuk mengcounter propaganda kafir di dunia cyber
 Ilmuwan Ini Masuk Islam Setelah Meneliti Mumi Fir'aun ~ Simak Penjelasan dan Hasil Penelitiannya ..==

Like & Share Kebenaran Islam Menurut Fakta & Logika

Suatu hari di pertengahan tahun 1975, sebuah tawaran dari pemerintah Prancis datang kepada pemerintah Mesir. Negara Eropa tersebut menawarkan bantuan untuk meneliti, mempelajari, dan menganalisis mumi Fir’aun. Tawaran tersebut disambut baik oleh Mesir. Tidak lama setelah mendapat restu dari pemerintah Mesir, mumi Fir’aun tersebut kemudian digotong ke Prancis. Bahkan, pihak Prancis membuat pesta yang sangat meriah untuk penyambutan kedatangan mumi Firaun.

Sesampainya di Prancis, mumi Fir’aun pun dibawa ke ruang khusus di Pusat Purbakala Prancis, yang selanjutnya dilakukan penelitian oleh para ilmuanterkemuka dan para pakar dokterbedah juga otopsi di Prancis. Pemimpin ahli bedah sekaligus yang menjadi penanggung jawab utama dalam penelitian mumi ini adalah Prof Dr Maurice Bucaille.

Bucaille adalah seorang ahli bedah kenamaan Prancis dan pernah mengepalai klinik bedah di Universitas Paris. Ia dilahirkan di Pont-L’Eveque, Prancis, pada 19 Juli 1920. Bucaille memulai kariernya di bidang kedokteran pada tahun 1945 sebagai ahli gastroenterology. Dan, pada tahun 1973, ia ditunjuk menjadi dokter keluarga oleh Raja Faisal dari Arab Saudi.

Tidak hanya anggota keluarga Raja Faisal yang menjadi pasiennya, anggota keluarga Presiden Mesir kala itu, Anwar Sadat, diketahui juga termasuk dalam daftar pasien yang pernah menggunakan jasanya.
Ketertarikan Bucaille terhadap Islam mulai muncul ketika secara intens dia mendalami kajian biologi dan hubungannya dengan beberapa doktrin agama. Karenanya, ketika datang kesempatan kepada Bucaille untuk meneliti, mempelajari, dan menganalisis mumi Fir’aun, ia mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menguak misteri di balik penyebab kematian sang raja Mesir kuno tersebut.

Ternyata, hasil akhir yang ia peroleh sangat mengejutkan!. Sisa-sisa garam yang melekat pada tubuh sang mumi adalah bukti terbesar bahwa dia telah mati karena tenggelam. Jasadnya segera dikeluarkan dari laut dan kemudian dibalsem untuk segera dijadikan mumi agar awet.

Penemuan tersebut masih menyisakan sebuah pertanyaan dalam kepala Bucaille. Bagaimana jasad tersebut bisa lebih baik dari jasad-jasad yang lain, padahal dia dikeluarkan dari laut?

Bucaille lantas menyiapkan laporan akhir tentang sesuatu yang diyakininya sebagai penemuan baru, yaitu tentang penyelamatan mayat Firaun dari laut dan pengawetannya. Laporan ini akhirnya dia terbitkan dalam bentuk buku dengan judul ‘Mumi Firaun; Sebuah Penelitian Medis Modern’ dengan judul aslinya ‘Les momies des Pharaons et la midecine’.

Berkat buku ini, dia menerima penghargaan Le prix Diane-Potier-Boes (penghargaan dalam sejarah) dari Academie Frantaise dan Prix General (Penghargaanumum) dari Academie Nationale de Medicine, Prancis.
Terkait dengan laporan akhir yang disusunnya, salah seorang di antara rekannya membisikkan sesuatu di telinganya seraya berkata: ”Jangan tergesa-gesa karena sesungguhnya kaum Muslimin telah berbicara tentang tenggelamnya mumi ini”.

Awalnya Bucaille mengingkari kabar ini dengan keras sekaligus menganggapnya mustahil. Menurutnya, pengungkapan rahasia seperti ini tidak mungkin diketahui kecuali dengan perkembangan ilmu modern, melalui peralatan canggih yang mutakhir dan akurat.

Namun salah seorang rekannya berkata bahwa Alquran yang diyakini umat Islam telah meriwayatkan kisah tenggelamnya Firaun dan kemudian diselamatkannya mayatnya.

Ungkapan itu makin membingungkan Bucaille. Dia mulai berpikir dan bertanya-tanya. Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi? Bahkan, mumi tersebut baru ditemukan sekitar tahun 1898 M, sementara Alquran telah ada ribuan tahun sebelumnya.

Bucaille duduk semalaman memandang mayat Fir’aun dan terus memikirkan penyataan rekannya. Pernyataan itu masih terngiang-ngiang dibenaknya, pernyataan yang mengatakan bahwa Alquran telah membicarakan kisah Fir’aun yang jasadnya diselamatkan dari kehancuran sejak ribuan tahun lalu.

Sementara itu, dalam kitab suci agama lain, hanya membicarakan tenggelamnya Firaun di tengah lautan saat mengejar Musa, dan tidak membicarakan tentang mayat Firaun. Bucaille pun makin bingung dan terus memikirkan hal itu.

Ia berkata pada dirinya sendiri. ”Apakah masuk akal mumi di depanku ini adalah Firaun yang akan menangkap Musa? Apakah masuk akal, Muhammad mengetahui hal itu, padahal kejadiannya ada sebelum Alquran diturunkan?”

Bucaille tidak bisa tidur, dia meminta untuk didatangkan Kitab Taurat. Diapun membaca Taurat yang menceritakan: ”Airpun kembali (seperti semula), menutupi kereta, pasukan berkuda, dan seluruh tentara Firaun yang masuk ke dalam laut di belakang mereka, tidak tertinggal satu pun di antara mereka”.

Kemudian dia membandingkan dengan Injil. Ternyata, Injil juga tidak membicarakan tentang diselamatkannya jasad Firaun.

Setelah perbaikan terhadap mayat Fir’aun dan pemumiannya, Prancis mengembalikan mumi tersebut ke Mesir. Akan tetapi, tidak ada keputusan yang mengembirakan Bucaille, tidak ada pikiran yang membuatnya tenang semenjak ia mendapatkan temuan dan kabar dari rekannya tersebut, kabar yang mengatakan bahwa kaum Muslimin telah saling menceritakan tentang penyelamatan mayat tersebut. Dia pun memutuskan untuk menemui sejumlah ilmuwan otopsi dari kaum Muslimin.


Dari sini kemudian terjadilah perbincangan untuk pertama kalinya dengan peneliti dan ilmuwan Muslim. Ia bertanya tentang kehidupan Musa, perbuatan yang dilakukan Fir’aun, dan pengejarannya pada Musa hingga dia tenggelam dan bagaimana jasad Fir’aun diselamatkan dari laut.

Maka, berdirilah salah satu di antara ilmuwan Muslim tersebut seraya membuka mushaf Alquran dan membacakan untuk Bucaille firman Allah SWT yang artinya: ”Maka pada hari ini kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” (QS Yunus: 92).

Ayat ini sangat menyentuh hati Bucaille. Ia mengatakan bahwa ayat Alquran tersebut masuk akal dan mendorong sains untuk maju. Hatinya bergetar, dan getaran itu membuatnya berdiri di hadapan orang-orang yang hadir seraya menyeru dengan lantang: ”Sungguh aku masuk Islam dan aku beriman dengan Alquran ini”.

Ia pun kembali ke Prancis dengan wajah baru, berbeda dengan wajah pada saat dia pergi dulu. Sejak memeluk Islam, ia menghabiskan waktunya untuk meneliti tingkat kesesuaian hakikat ilmiah dan penemuan-penemuan modern dengan Alquran, serta mencari satu pertentangan ilmiah yang dibicarakan Alquran.

Semua hasil penelitiannya tersebut kemudian ia bukukan dengan judul ‘Bibel, Alquran dan Ilmu Pengetahuan Modern’. Judul asli buku dalam bahasa Prancis adalah ‘La Bible, le Coran et la Science’. Buku yang dirilis tahun 1976 ini menjadi best-seller internasional terutama di dunia Muslim dan telah diterjemahkan ke hampir semua bahasa utama umat Muslim di dunia.

Karyanya ini menerangkan bahwa Alquran sangat konsisten dengan ilmu pengetahuan dan sains, sedangkan Al-Kitab atau Bibel tidak demikian. Bucaille dalam bukunya mengkritik Bibel yang ia anggap tidak konsisten dan penurunannya diragukan.
BLACKHAT SEO, Diperuntukan untuk mengcounter propaganda kafir di dunia cyber
Nama aslinya Taki Takazawa. Rambutnya gondrong dan tubuhnya dipenuhi tato. Secara penampilan, dia nampak mirip dengan anggota kelompok mafia Jepang, biasa disebut Yakuza. Dia memang mantan tukang tato para anggota geng paling ditakuti di Negeri Matahari Terbit itu. Selama 20 tahun profesi itu digelutinya.
Tapi pandangan negatif pada penampilan fisiknya itu berubah saat dia mengumandangkan Azan. Takazawa kini menjadi Imam sebuah masjid di Ibu Kota Tokyo. Setelah mengucapkan dua kalimat Syahadat, Takazawa mencantumkan nama muslim Abdullah, berarti Hamba Allah SWT.
Perkenalannya dengan Islam secara tidak sengaja terjadi di Wilayah Shibuya. Takazawa melihat seseorang dengan kulit dan janggut putih. Orang itu juga mengenakan baju dan turban warna suci. “Orang itu memberikan sebuah kertas dan menyuruh saya membaca kalimat tertera bersama dia,” ujarnya.
Kalimat itu ternyata Syahadat, pengakuan pada ke-esaan Allah SWT dan Muhammad SAW sebagai utusannya. Meski tak paham secara keseluruhan, Takazawa pernah mendengar sepintas Allah dan Muhammad. Seperti kebanyakan penduduk Jepang, Takazawa menganut aliran kepercayaan Shinto.
Pertemuan dengan orang serba putih itu membekas di ingatan Takazawa. Dua tahun setelah memeluk Islam, dia bertemu lagi dengan sosok inspiratifnya itu. “Ternyata dia pernah menjadi Imam di Masjid Nabawi, Kota Madinah, Arab Saudi. Saya bersyukur bisa bertemu dengannya,” katanya.
Imam Masjid Nabawi itu meminta Takazawa untuk menjadi Imam di masjid di wilayah Shinjuku. Sebelumnya, dia melaksanakan ibadah haji dan menimba ilmu beberapa bulan di Kota Makkah. Nama Takazawa terkenal lantaran dia menjadi satu di antara lima imam Masjid besar di Jepang, dari 13 juta populasi manusia di Tokyo.
BLACKHAT SEO, Diperuntukan untuk mengcounter propaganda kafir di dunia cyber
Arnoud van Doorn, salah satu anggota partai politik sayap kanan Belanda dari Partai Bagi Kebebasan, yang dikenal anti-Islam dikabarkan telah masuk Islam. Doorn menjadi muslim setelah dia melakukan penelitian mengenai agama ajaran Nabi Muhammad itu dan kehidupan kaum muslim.
“Saya mengerti kenapa semua orang skeptis, terutama mengenai hal-hal yang tak terduga bagi banyak orang. Ini merupakan keputusan besar yang saya tidak anggap remeh,” kata Doorn.
Kabar keputusan Doorn masuk Islam pertama kali muncul saat dia menyebut kata ‘awal baru’ di akun Twitter dia bulan lalu. Dia kemudian menulis kalimat syahadat dalam bahasa Arab untuk memproklamirkan kepercayaan barunya itu. Doorn akhirnya mengumumkan bahwa dia sudah masuk Islam.
“Orang-orang terdekat saya tahu bahwahampir setahun belakangan inisaya sedang aktif membaca Alquran, hadist, sunnah, dan buku-buku lainnya tentang Islam,” ucap Doorn. “Di samping itu, saya juga banyak melakukan berbagai percakapan dengan kaum muslim tentang agama.”
Dia mengatakan dorongan daripartainya agar mempunyai sikap menentang Islam justru membuatnya penasaran dan ingin menggali tentang kebenaran agama Islam sendiri.
“Saya mendengar banyak pandangan buruk mengenai Islam. Namun, saya bukanlah tipe orang yang hanya mengikuti pendapat orang lain tanpa melakukan penelitian terlebih dahulu,” ucap dia.
Doorn menjelaskan dia akhirnya mulai melakukan penelitian lebih dalam tentang Islam untuk menjawab rasa keingintahuannya itu “Kerabat saya, Abu Khoulani, dari dewan perwakilan Kota Hague telah membawa saya untuk berhubungan dengan anggota Masjid As-Sunnah, yang akhirnya membuat saya mengenal lebih jauh tentang Islam.”
Doorn yang juga merupakan anggota parlemen Belanda dan dewan perwakilan Kota Hague, memang telah lama dikait-kaitkan dengan sikap anti-Islam lantaran tergabung dengan partai pimpinan Geert Wilders itu. Wilders memang dikenal sebagai politikus penentang Islam, kaum muslim, dan Alquran.
Bahkan, Wilders pernah menegaskan perjuangannya menghentikan penyebaran Islam di Eropa dan dunia merupakan tujuan utama dalam hidupnya. “Perjuangan anti-Islam adalah misi hidup saya,” kata lelaki 49 tahun itu.
Doorn mengatakan dirinya sadar telah berbuat kesalahan dalam kehidupannya seperti halnya orang lain. Namun, dia menyebut, dari kesalahan-kesalahan itu, dirinya justru telah belajar banyak. “Dengan menjadi Islam, saya merasa telah menemukan jalan saya. Saya menyadari ini adalah awal baru dan saya masih harus banyak belajar.”
- See more at: http://www.arrahmah.com/ramadhan/lima-kisah-inspiratif-mualaf-sejagat.html#sthash.wzT9cszD.dpuf
BLACKHAT SEO, Diperuntukan untuk mengcounter propaganda kafir di dunia cyber
Anne William Kennedy, perempuan dan cendekiawan asal Inggris itu memeluk Islam di Jalur Gaza, Palestina. Dia mengucapkan dua kalimat syahadat didampingi oleh Ketua Asosiasi Sarjana Palestina Dr. Salim Salama.
Setelah selesai bersyahadat dan diteruskan doa, Anne dan Salim melakukan konferensi pers di kantor Asosiasi Sarjana Palestina diliput oleh beberapa stasiun televisi. Dia lalu mengganti namanya menjadi Khadijah Hassan.
Anne yakin memeluk Islam setelah dia bertukar pikiran dan berdialog dengan Yusuf Hassan, seorang pemuda asal Khan Yunis, Gaza Selatan. Sebelum memutuskan menjadi muslimah, pemegang gelar sarjana di bidang ekonomi, politik, dan filsafat itu membaca buku-buku tentang Islam.
Anne mengaku gembira setelah resmi menjadi muslimah dan bangga bisa berada di Jalur Gaza. Menurut dia kota itu tepat buat ditinggali kaum muslim. Dia masih mengajar agama di sebuah sekolah di Inggris sampai sekarang.
Dalam konferensi pers, Salim Salama mengucapkan selamat kepada Anne yakin menjadi muslimah. Di akhir jumpa pers, dia memberikan sebuah mushaf Alquran dengan terjemahan Inggris kepada muslimah itu.
- See more at: http://www.arrahmah.com/ramadhan/lima-kisah-inspiratif-mualaf-sejagat.html#sthash.wzT9cszD.dpuf
BLACKHAT SEO, Diperuntukan untuk mengcounter propaganda kafir di dunia cyber
Daniel Streich, anggota Partai Rakyat Swiss (SVP) menjadi sosok terkenal. Bukan saja awalnya dia sangat menentang keras pembangunan masjid di negaranya, melainkan dirinya secara mengejutkan berpindah haluan menjadi seorang muslim.
Streich penganut kristen taat. Dia dibesarkan dengan ajaran Kristiani dan semasa kecil pernah bercita-cita menjadi pastor. Namun ketika remaja niatnya berubah. Ia mulai gemar berpolitik dan tanpa ragu terjun langsung menjadi anggota partai ternama di Swiss.
SVP bukan partai sembarangan. Di dalamnya terdiri dari cendekia, ilmuwan, pelajar, dan pegiat bukan dari kalangan muslim. Partai ini menjadi penentang nomor wahid penyebaran Islam di Swiss dan Streich paling vokal menyerukan penutupan masjid di seantero Negeri Cokelat ini.
Streich mempropagandakan anti-Islam ke seluruh negaranya. Ia menaburkan benih-benih kemarahan dan cemoohan bagi umat Islam di Swiss. Ia merasa mimbar dan kubah masjid tidak cocok dengan budaya negara itu. Ia juga menuding Islam agama teroris, pembuat onar, dan kekerasan.
Dalam usahanya menyingkirkan Islam dari Swiss, lelaki ini malah mempelajari Alquran dan Islam. Ia berharap dengan memahami ajaran Nabi Muhammad itu, dia mampu meruntuhkan iman kaum muslim. Yang terjadi, ia malah terpesona dengan agama rahmatan lil alamin ini.
Semakin jauh Streich belajar Islam, semakin tenggelam dia dalam keindahan agama samawi itu. “Banyak perbedaan saya dapatkan ketika mempelajari Islam. Agama ini memberikan saya jawaban logis atas pertanyaan hidup penting dan tidak saya temukan di agama saya,” katanya.
Presiden Organisasi Konferensi Islam (OKI) Abdul Majid Aldai mengatakan orang Eropa sebenarnya memiliki keinginan besar mengetahui Islam dan hubungan antara Islam dengan terorisme, sama halnya dengan Streich.
Dulu, Streich sering meluangkan waktu membaca Alkitab dan pergi ke gereja, tapi sekarang ia membaca Alquran dan melakukan salat lima waktu setiap hari. Dia keluar dari SVP dan mengumumkan status muslimnya. Streich bilang telah menemukan kebenaran hidup dalam Islam yang tidak dapat ia temukan dalam agama sebelumnya.
BLACKHAT SEO, Diperuntukan untuk mengcounter propaganda kafir di dunia cyber
Abu Ameenah Bilal Philips bernama asli Dennis Bradley Philips. Dia berdarah Jamaika namun masa kecilnya dihabiskan di Kanada. Perjalanannya mengenal Islam menarik untuk disimak.
Sebelum menjadi muslim, Philips menganut musik dan cinta sebagai agamanya. Dibesarkan dalam kultur musik Jamaika kental membuat ia memilih menjadi gitaris. Di kesengsem Jimi Hendrix dan Bob Marley. Saat berkuliah di Universitas Simon Frasier, Kota Vancouver, Kanada, dia kerap ngamen di klub dan kafe mempertontonkan kemahirannya bermain musik.
Bermain musik memberikan kesempatan pria kelahiran Jamaika, 6 Januari 1946, ini menjelajah ke berbagai negara, termasuk Malaysia dan Indonesia pada 1960-an. Di dua negara berpenduduk mayoritas Islam ini, Philips mulai tertarik mempelajari agama Nabi Muhammad.
Balik ke negaranya pada 1972, lelaki berjanggut ini memutuskan mempelajari Islam secara intensif. Dia kerap berdiskusi dengan para cendekiawan muslim dan mempelajari buku-buku agama rahmatan lil alamin ini. Tak perlu waktu cukup banyak, beberapa bulan kemudian Philips mengucapkan dua kalimat syahadat, tanda sumpah serta pengakuan keesaan Allah dan Rasulullah sebagai utusanNya.
Setelah menjadi muslim, Philips memutuskan berhenti menjadi musikus dan mempelajari agama barunya lebih dalam. Dia mengaku tidak nyaman lagi bermusik. “Menjadi artis rentan terhadap perilaku dilarang Allah seperti obat-obatan, seks bebas, perempuan, dan pergaulan salah. Saya tidak mau seperti itu lagi,” ujarnya.
Dia kembali bersekolah dengan mendaftarkan diri ke jurusan studi Islam di Universitas Islam Madinah, Arab Saudi. Alasannya, dia ingin belajar Islam dari sumber klasik di kota-kota bersejarah dan bukan budaya prakteknya. “Beda lingkungan akan berbeda menerjemahkan Islam,” kata Philips.
Kelar di Universitas Madinah, Philips terus belajar. Kali ini dia mendaftar program master di Universitas Riyadh. Selain berkuliah, dia juga nyambi menjadi pembawa acara Why Islam di Channel Two, stasiun televisi milik pemerintah Saudi. Acara seputar wawancara dengan para muallaf dari berbagai latar belakang dan ketertarikan mereka mempelajari Islam. Dengan membawa acara itu, Philips mengaku imannya semakin kuat. Tak cuma menjadi presenter, dia juga menulis buku, antara lain Poligami dalam Islam dan Prinsip Dasar Iman dalam Islam.
Kelar kuliah S2 pada 1990-an, Philips bekerja di departemen agama markas besar Angkatan Udara Arab Saudi di Ibu Kota Riyadh. Kala itu Perang Teluk tengah berkecamuk. Irak menginvansi ke Kuwait karena menolak menghapus utang luar negeri negeri Saddam Hussein itu. Posisi Kuwait kewalahan dan meminta bantuan ke Amerika Serikat. Negara adidaya itu mengirimkan pasukannya dan membuat pangkalan di Arab Saudi.
Ketika tentara Amerika bermarkas di Negeri Petro Dollar itu, Philips kebagian memberikan materi tentang Islam kepada mereka. Ini penting untuk mengajarkan pengetahuan benar Islam bukanlah agama menyukai kekerasan. Hasilnya, sekitar tiga ribu serdadu Amerika masuk Islam.
Selepas Perang Teluk, Philips dikirim ke Amerika untuk mendampingi para tentara muallaf itu. Dia mendapat bantuan dari anggota tentara beragama Islam untuk membuat konferensi dan kegiatan. Usahanya ini membuahkan hasil dan militer Amerika akhirnya membangun musala di seluruh pangkalan militer mereka.
Kelar proyek itu, Philips hijrah ke Filipina dan mendirikan pusat informasi di Mindanao serta universitas berbasis Islam di Cotobato City. Pada 1994, Philips mendapat undangan bergabung dengan lembaga amal Dar Al Ber di Dubai, Uni Emirat Arab. Di sana ia membentuk pusat informasi Discover Islam di Kota Karama. Proyeknya kali ini mengundang ulama dari pelbagai negara. Dalam lima tahun, pusat informasi itu telah membuat 15 ribu orang dari seluruh penjuru dunia mengucapkan dua kalimat syahadat.