TRENDING NOW

BLACKHAT SEO, Diperuntukan untuk mengcounter propaganda kafir di dunia cyber
Oleh: Muhammad Faisal, S.Pd, M.MPd
Aktivis Anti Pemurtadan dan Aliran Sesat
Pengamat PAUDNI-Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal dan Informal

  • Jumlah gereja liar di kabupaten dan kota Bekasi mencapai 224 lokasi. Di Perumahan Taman Galaxi RT 05 RW 17 terdapat 7 gereja permanen, namun hanya satu yang mengurus IMB (Izin Mendirikan Bangunan).

  • Perkembangan jumlah gereja di Indonesia memang luar biasa. Berdasarkan laporan Kementrian Agama RI bahwa sejak 1974 hingga 2004, jumlah gereja di Indonesia naik hingga 231 %.

  • Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2008 mengungkapkan, Kristen memiliki 47.106 gereja di seluruh Indonesia. Persebaran gereja Kristen pada sepuluh daerah terbesar adalah Sumatra Utara (11.158 gereja), Papua (4.648 gereja), Sulawesi Utara (4.247 gereja), NTT (3.974 gereja) dan Jawa Tengah (2.519 gereja), sementara DKI Jakarta sebanyak 555 gereja. Lima lainnya yaitu Kalimantan Barat (2.351 gereja), Sulawesi Selatan (2.302 gereja), Jawa Timur (1.947 gereja), Sulawesi Tengah (1.833 gereja) dan Kalimantan Tengah (1.487 gereja).

Indonesia negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. Berdasarkan hasil sensus tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia 237.641.326 jiwa.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 207,2 juta jiwa(87,18 %) adalah penganut agama Islam, diikuti 16,5 juta jiwa (6,96 %) penganut Kristen, 6,9 juta jiwa (2,91 %) penganut Katolik, 4 juta (1,69 %) penganut Hindu, 1,7 juta (0,72 %) penganut Budha, 0,11 juta (0,05 %) penganut Konghucu, dan 0,13 % penganut agama lainnya.
Meskipun umat Islam berjumlah mayoritas di Indonesia, namun justru menjadi sasaran Kristenisasi. Dengan berbagai macam cara, umat Kristen berusaha memurtadkan umat Islam sejak masa kolonialisme Barat hingga masa sekarang. Pada masa kolonial, Pemerintah Hindia Belanda yang Kristen bersikap hati-hati terhadap Kristenisasi. Namun setelah Indonesia merdeka, pemerintah RI yang kebanyakan pejabatnya menyatakan diri sebagai muslim malah cenderung membiarkan Kristenisasi, terlebih pascareformasi.

Modus-Modus Kristenisasi

D.W. Ellis menyatakan bahwa kewajiban mengabarkan Injil adalah tanggung jawab setiap orang Kristen yang telah menerima Kristus menjadi Tuhan dan Juruselamatnya. Menurutnya, setiap orang percaya wajib mengabarkan Injil sesuai kemampuan dan karunia-karunia yang dianugerahkan Roh Kudus kepadanya.
Berdasarkan hal ini, orang Kristen yang tidak melakukan Kristenisasi berarti berkhianat kepada Tuhan mereka. Oleh karena itu, Kristenisasi akan senantiasa muncul selama masih ada orang Kristen dan menjadi problem bagi bangsa yang akan dikristenkan, termasuk umat Islam.
Berikut ini sebagian dari modus-modus Kristenisasi yang terjadi pascareformasi.
1. Membangun Gereja Ilegal
Keberadaan gereja bagi orang Kristen tidak hanya berfungsi sebagai tempat ritual Kristen. Gereja tidak hanya dipandang sebagai sebuah bangunan. J. Darminta, S.J. mengatakan bahwa pada dasarnya Gereja dibentuk untuk melaksanakan misi dari Yesus Kristus, yaitu untuk evangelisasi.
Keberadaan Gereja untuk evangelisasi ini ialah seperti yang dipesankan oleh Yesus Kristus pada akhir Injil Matius, “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mat 28: 18-20).
Menurutnya, yang hakiki dan unsur utama evangelisasi ialah pewartaan Yesus Kristus sebagai Penyelamat dan membentuk komunitas para murid Yesus. Lebih lanjut, J. Darminta menegaskan bahwa evangelisasi sungguh merupakan tantangan utama Gereja yang mendesak di Indonesia. Evangelisasi juga menjadi tantangan bagi mereka yang menjadi bagian hidup dan kesucian Gereja, yaitu Tarekat religius-tarekat religius.
Berdasarkan penjelasan J. Darminta, pembangunan dan pembentukan gereja juga mempunyai tujuan untuk menyebarkan agama Kristen. Pembangunan dan pembentukan gereja akan menjadi masalah jika dilakukan di tengah-tengah masyarakat yang mayoritas beragama Islam. Oleh karena itulah, pada 1969 dikeluarkan SKB (Surat Keputusan Bersama) Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 01/BER/MDN-MAG/1969 yang di antaranya menyatakan bahwa setiap pendirian rumah ibadat perlu mendapatkan izin dari Kepala Daerah atau pejabat Pemerintah di bawahnya.
Peraturan ini diperbarui pada 2006 dengan dikeluarkannya Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 9 εt 8/2006. Oleh pihak Kristen, peraturan ini dianggap merugikan mereka. Dalam banyak kasus, mereka juga tidak mengindahkan peraturan ini.
Banyak gereja didirikan atau baru akan didirikan pada era reformasi dengan tidak mengindahkan peraturan tadi, bahkan dilakukan dengan cara manipulasi. Misalnya saja, pihak Katolik berencana mendirikan gereja di Kampung Kramat, Kelurahan Setu, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur dengan cara menyuap warga. Aksi ini nyaris memicu konflik antarwarga pada Idul Fitri 1426 H (Nopember 2005).
Pihak Katolik mengundang warga untuk menandatangani surat pernyataan tidak keberatan atas pendirian gereja Katolik di RW 04 Kampung Kramat dan mengumpulkan fotocopy KTP dan KK. Sebagai imbalannya, warga yang sebagian besar berpendidikan rendah dan tidak mengetahui apa isi surat tersebut diberi dana kompensasi sebesar satu juta rupiah oleh orang yang mengaku bernama Tarmizi. Khusus untuk ketua RT, seperti pengakuan Amir ketua RT 01, ditawari uang 20 juta rupiah. Padahal 99% warga Kampung Kramat beragama Islam.
Pertengahan tahun 2005 menjadi catatan hitam keberadaan gereja-gereja liar. Di Jawa Barat, puluhan rumah yang disalahfungsikan menjadi gereja liar ditertibkan warga setempat. Umumnya, gereja liar tersebut berada di perkampungan yang mayoritas Muslim. Misalnya, pada 14 April 2005, masyarakat Bandung yang tergabung dalam Aliansi Gerakan Anti Pemurtadan (AGAP) mengunjungi Gereja Kristen Pasundan (GKP) di Jl. Kebon Jati untuk menuntut penghentian kegiatan penyebaran agama Kristen di pemukiman Muslim dan penertiban gereja-gereja liar.
Pada 8 Mei 2005, masyarakat Lembang Bandung menuntut pejabat pimpinan HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) “Persiapan Lembang” di Jl. Jayagiri 26 Lembang untuk mengembalikan fungsi garasi yang dijadikan sarana kebaktian.
Pada 21 Mei 2005, masyarakat bersama AGAP menutup dan meratakan gereja ilegal di Cisewu, Garut, atas izin dari Gereja Kristen Pasundan Bandung sesuai kesepakatan yang dibuat pada 21 April 2005. Gereja liar ini selama itu dijadikan tempat pemurtadan Muslim Garut.
Bekasi menjadi ladang subur bagi gereja liar. Banyak gereja ilegal tersebar di berbagai perumahan, rumah kontrakan, ruko, mall, dan hotel. Menurut Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Bekasi, Ustadz Bardruzzaman Busyairi, jumlah gereja liar di kabupaten dan kota Bekasi mencapai 224 lokasi. Di Perumahan Taman Galaxi RT 05 RW 17 terdapat 7 gereja permanen, namun hanya satu yang mengurus IMB (Izin Mendirikan Bangunan).
Perkembangan jumlah gereja di Indonesia memang luar biasa. Berdasarkan laporan Kementrian Agama RI bahwa sejak 1974 hingga 2004, jumlah gereja di Indonesia naik hingga 231 %. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2008 mengungkapkan, Kristen memiliki 47.106 gereja di seluruh Indonesia. Persebaran gereja Kristen pada sepuluh daerah terbesar adalah Sumatra Utara (11.158 gereja), Papua (4.648 gereja), Sulawesi Utara (4.247 gereja), NTT (3.974 gereja) dan Jawa Tengah (2.519 gereja), sementara DKI Jakarta sebanyak 555 gereja. Lima lainnya yaitu Kalimantan Barat (2.351 gereja), Sulawesi Selatan (2.302 gereja), Jawa Timur (1.947 gereja), Sulawesi Tengah (1.833 gereja) dan Kalimantan Tengah (1.487 gereja).
Masih dari data BPS, jumlah gereja Katolik di seluruh Indonesia tak sebanyak gereja Kristen, yakni 12.242. Persebaran di sepuluh daerah terbesar terdapat di Kalimantan Barat (2.245 gereja), Sumatra Utara (2.194 gereja), NTT (1.842 gereja), Papua (978 gereja), dan Jawa Tengah (569). Lima lainnya, yakni Sulawesi Selatan (439 gereja), Jawa Timur (415 gereja), Kalimantan Timur (412 gereja), Lampung (361 gereja), Kalimantan Tengah (346 gereja), sementara di DKI sebanyak 188 gereja.
Merujuk pada data BPS itu, jika jumlah gereja Kristen dan Katolik digabung, maka jumlah gereja di seluruh Indonesia sampai tahun 2008 mencapai 59.348. Jumlah ini belum termasuk gereja liar yang bertaburan di rumah-rumah penduduk dan rumah took (ruko) di hampir semua wilayah Indonesia. Gereja-gereja liar ini muncul tanpa izin resmi dari pemerintah daerah setempat.
Sementara itu, umat Islam yang “katanya” mayoritas (sekitar 80 %) dari seluruh jumlah penduduk Indonesia, dari sumber data yang sama hanya memiliki 243.091 masjid di seluruh Indonesia. Artinya, jumlah gereja yang terdaftar di seluruh Indonesia mencapai sekitar 25 % dibanding masjid. Jumlah ini dipastikan membengkak jika ditambahkan dengan gereja liar di seluruh Indonesia. Pertanyaannya, dari hasil sensus BPS 2010 ini, apakah jumlah gereja juga akan terkerek naik lagi?
Sepuluh propinsi yang memiliki jumlah masjid terbanyak di seluruh Indonesia adalah Jawa Barat (53.019 masjid), Jawa Tengah (41.340 masjid), Jawa Timur (39.130 masjid), Sulawesi Selatan (11.043 masjid) dan Lampung (10.505 masjid). Lim lainnya antara lain Banten (8.313 masjid), Sumatera Selatan (7.570 masjid), DIY (6.625 masjid), Riau (5.718 masjid), dan NTB (5.203 masjid), sementara DKI Jakarta memiliki 3.037 masjid.
2. Kristenisasi Melalui pendidikan
Kristenisasi melalui pendidikan dilakukan dengan berbagai cara, misalnya memberi bantuan biaya sekolah dan beasiswa, berkedok kampanye antinarkoba di kalangan pelajar, dan mewajibkan siswa Muslim untuk mengikuti pendidikan agama Kristen. Para pelajar dan mahasiswa pun menjadi sasaran para misionaris.
Pada pertengahan Maret 2001, kelompok misionaris yang menamakan diri Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia (LPMI) membagi-bagikan paket gratis kepada para pelajar di Surakarta berisi sebuah kaset mengenai kisah Yesus menurut Injil Lukas dengan ditutup kampanye antinarkoba bertajuk “Say No Drugs!” dan kiat belajar efektif. Dalam paket itu juga terdapat obat-obatan dan permen produksi sebuah perusahaan obat dan permen terkemuka. Banyak siswa-siswi SMA Negeri 1, 2, dan 3 Surakarta yang menerima paket tersebut.
Di kampung Kamasan di kawasan Anyer Propinsi Banten, gerakan Kristenisasi mendompleng Kementrian Pemberdayaan Perempuan dengan berkedok bantuan dan misi pendidikan. Pada Maret 2004, instansi ini melakukan Bakti Sosial berupa pembagian buku dan alat tulis. Bahan-bahan bacaan agama Kristen yang meliputi Injil dalam versi komik, buku mewarnai bergambar gereja, dan alat-alat lainnya yang bersimbol salib memenuhi paket bantuan. Padahal paket bantuan ini disebar ke beberapa sekolah dasar, bahkan ke madrasah-madrasah yang tersebar di pelosok-pelosok kecamatan Anyer.
3. Kristenisasi Melalui Bantuan dan Kegiatan Sosial
Bencana dan kesusahan yang menimpa umat Islam menjadi kesempatan emas bagi pihak Kristen untuk melakukan Kristenisasi. Mereka menawarkan bantuan, namun berbuntut dengan pemurtadan. Banyak kasus Kristenisasi melalui bantuan dan kegiatan sosial terjadi berulang kali. Misalnya, ketika terjadi bencana dan gempa bumi di Aceh pada Desember 2004, banyak misionaris Kristen datang sebagai relawan membawa bantuan sosial sekaligus melakukan pemurtadan. Scott Binner, misalnya, seorang pastur berkewarganegaraan Amerika.
Dia menceritakan keberhasilan para misionaris di Aceh pascatsunami. Menurutnya, ada sekitar 300 anak asli Aceh yang pada Februari 2005 telah berada di sebuah sekolah Katolik di Medan, Sumatera Utara. Di sekolah yang tidak disebutkan namanya itu, Binnet mengatakan, 300 anak asli Aceh akan dirawat, diobati dan nanti disekolahkan.
Kasus Kristenisasi melalui bantuan dan kegiatan sosial juga terjadi ketika gempa bumi menimpa Yogyakarta pada Juni 2006, lalu Padang pada Oktober 2009. Demikian juga ketika Gunung Merapi meletus pada Nopember 2010. Banyak pengungsi menjadi korban pemurtadan, terutama mereka yang mengungsi ke gereja-gereja.
Beberapa kasus lain terjadi di Bekasi dan Jakarta. Pertama, acara Bekasi Berbagi Bahagia (BBB) yang diselenggarakan Yayasan Mahanaim tahun 2008. Izin acara hanya perlombaan tumpeng dan pernikahan massal. Akan tetapi, Yayasan Mahanaim yang ternyata adalah Yayasan Kristen telah menyiapkan kolam berisi air. Setelah acara berlangsung, seluruh peserta tiba-tiba diminta masuk ke dalam kolam, kemudian diberi roti dan minuman. Ritual ini sebenarnya adalah pembabtisan. Tapi karena acara ini menggunakan logo Pemkot Bekasi, tanpa memunculkan logo gereja atau Kristen, peserta dan masyarakat pun tak menyadarinya, apalagi berbagai hadiah telah disiapkan.
Kedua, masih di Bekasi, dengan memanfaatkan momen hari pendidikan nasional, sebuah yayasan Kristen menggelar acara karnaval Bekasi Anti Narkoba. Selain mencatut Pemkot Bekasi, acara ini juga menempel pada Badan Narkotika Kota (BNK) Bekasi. Tapi faktanya, acara ini merupakan upaya Kristenisasi dengan membuat formasi Salib di halaman masjid Al-Barkah Bekasi dan menggunakan simbol-simbol Kristen. Kegiatan jelas melanggar kode etik penyiaran agama yang sudah diatur pemerintah.
Ketiga, pada momentum kebangkitan nasional sebuah acara nasional digelar oleh LSM Kristen di Monas dengan tajuk “Bangkitlah Indonesiaku”. Tak kurang dari 300 ribu orang dari berbagai kota di sekitar Jakarta terlibat pada acara ini. Bahkan hadir juga utusan dari misi Kristen asing yang tidak bisa berbahasa Indonesia. Selain itu, beberapa pengurus majelis taklim diangkut menggunakan bus. Semua acara dikemas dalam bentuk peringatan kebangkitan nasional dan pasar murah.
Beberapa tahun belakangan, Bekasi memang menjadi ladang subur Kristenisasi yang dilakukan dengan berbagai kegiatan, termasuk kegiatan sosial. Ev. Iin Tjipto, salah seorang aktivis Yayasan Mahanaim, menulis, “Begitu pun dengan Bekasi, kota dimana Tuhan menempatkan saya dan teman-teman di Mahanaim. Sejak kami tinggal di Bekasi, secara intens/terus menerus Tuhan membawa dan mengajari kami masuk dalam peperangan rohani untuk mengubah kota Bekasi seperti yang Tuhan mau. Dan kami melihat dampaknya sangat nyata, membawa perubahan dalam suasana kehidupan kota kami.”
4. Kristenisasi Melalui Politik
Pihak Kristen berusaha menguasai politik Indonesia untuk melemahkan pengaruh Islam dan mewujudkan negeri ini sebagai “kerajaan Allah”. Hal ini mereka lakukan sejak Indonesia merdeka hingga pascareformasi. Pada awal reformasi, mereka menggalang opini untuk meruntuhkan kredibilitas pemerintahan Habibie. Bersama kelompok Marxisme-Leninisme, kelompok Katolik Jesuit aktif melakukan demo dan tindakan brutal.
Kemudian pada 2003, kalangan Kristen menurunkan ribuan massa menolak disahkannya Rancangan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (RUU Sisdiknas) menjadi UU di DPR. Undang-Undang ini mewajibkan sekolah agar mengajarkan agama sesuai agama anak didiknya. Mereka pun menunggangi Fraksi PDIP memboikot Rapat Paripurna DPR dengan agenda pencegahan RUU menjadi UU.
Di daerah yang dikuasai oleh mayoritas Kristen, seperti di Manokwari Papua, pihak Kristen melakukan tindakan diskriminatif terhadap umat Islam. Bantuan pemerintah untuk pembangunan tempat ibadah hamper 70% dialokasikan untuk pembangunan gereja, sedangkan untuk masjid dan peribadatan umat lainnya paling besar 30%.
Pada 2007, Pemerintah dan DPRD Kabupaten Manokwari sempat memfasilitasi rancangan peraturan daerah (Raperda) pembinaan mental dan spiritual berbasis Injil. Ide Raperda ini berasal dari sekelompok orang Kristen yang tergabung dalam Gereja Kristen Indonesia. Mereka ingin Manokwari menjadi kota Injil. Raperda ini jelas ditolak oleh umat Islam.
5. Kristenisasi Melalui Hiburan
Kristenisasi melalui hiburan dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya, mengamen dengan lagu-lagu gereja di bis kota , menyusupkan video klip berisi propaganda tentang Yesus pada VCD bajakan lagu-lagu Islami Haddad Alwi dan paket wisata seperti yang terjadi di Garut pada awal Januari 2009. Sebanyak 34 orang dari Kecamatan Kadungora dan 1 orang dari Kecamatan Leles dibaptis dalam acara wisata ke Pangandaran. Setibanya di Pangandaran, mereka dibawa ke sebuah gereja dalam keadaan lapar dan diminta menandatangani surat pernyataan kesiapan pembaptisan. Setelah surat itu ditandangani, mereka dimandikan kemudian dibaptis.
6. Melecehkan Islam dan Memanipulasi Ayat Al-Quran dan Al-Hadits
Tujuan modus ini adalah untuk merusak citra Islam dan meragukan umat terhadap kebenaran ajarannya. Sejak reformasi digulirkan, banyak orang Kristen berani melecehkan Islam dengan terang-terangan. Pada pertengahan 1999, beberapa brosur dan buletin Dakwah Ukhuwah terbitan Nehemia Centre tersebar di kalangan masyarakat Muslim.
Di antara judul brosur tersebut: Siapakah Yang Bernama Allah Itu, Membina Kerukunan Hidup Umat Beragama, dan Rahasia Jalan ke Surga. Ada juga yang berbentuk buku kecil, seperti Upacara Ibadah Haji, Ayat-Ayat Al-Qur’an Yang Menyelamatkan, Isa Alaihisalam dalam Pandangan Islam, dan Riwayat Singkat Pusaka Peninggalan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
Buku-buku tersebut dikarang oleh orang yang sama, yaitu Drs Poernomo Winangun alias H Amos, tanpa penerbit. Buletin, brosur maupun buku-buku kecil tersebut banyak mengutip ayat Al-Qur’an dan Al-Hadits, namun isinya menyerang Islam. Buku Riwayat Singkat Pusaka Peninggalan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, misalnya, menyebut Siti Khadijah sebagai pemeluk Kristen yang sangat patuh dan paham bahasa Arab. Dia menerjemahkan Kitab Injil dari Bahasa Ibrani ke Bahasa Arab (hlm 11). Lalu yang dimaksud dengan Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam berpegang kepada Alkitab ialah Taurat dan Injil, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, karena Al-Qur’an pada waktu Muhammad SAW wafat belum terwujud. Sementara itu, yang dimaksud dengan Sunnah Rasul-Nya adalah perintah dan perbuatan Nabi yang tercantum dalam Alkitab, yaitu perintah dan perbuatan Nabi Isa as putera Maryam (hlm 44).
Kemudian pada Ramadhan 1424 (Nopember 2003), umat Islam resah dengan tersebarnya buku Islamic Invasion dan Who is This Allah yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia serta komik yang melecehkan Islam. Komik ini di antaranya menceritakan bahwa kaum Muslimin menyembah Dewa Bulan dan menyuruh untuk membunuh orang lain yang mengatakan demikian. Di beberapa tempat, buku dan komik tersebut dibagi secara gratis oleh para aktivis Kristen kepada para mualaf, bahkan ke murid dan guru Muslim. Aktivis Kristen itu meminta agar guru tersebut membaca buku itu secara tuntas dan menghayati isinya.
Di Malang, pada 17-19 Desember 2006, sekelompok orang Kristen dengan berpakaian Muslim mengadakan training doa. Dalam acara ini, seorang trainer memegang mushaf Al-Qur’an sambil berceramah dengan kata-kata hujatan. Dia lalu mengangkat Al-Qur’an itu tinggi-tinggi sambil berkata, “Di dalam buku ini (maksudnya Al-Qur’an) terdapat ajaran yang menyesatkan berjuta-juta orang. Kemudian, orang itu meletakkan Al-Qur’an di lantai, sedangkan jemaat lain mengitarinya sambil mengeluarkan kata-kata kutukan. Acara yang diadakan oleh Lembaga Pengembangan Mahasiswa (LPMI) wilayah Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara itu selanjutnya disebarkan lewat VCD dan mengundang protes umat Islam.
7. Mengklaim Beberapa Tokoh Islam Telah Masuk Kristen
Untuk meragukan umat terhadap Islam, pihak Kristen memfitnah beberapa tokoh Islam telah masuk Kristen. Seorang pendeta yang mengaku bernama Mohammad Filemon pada 2003 rajin memberikan ceramah kesaksian yang cukup spektakuler. Dia mengaku telah membaptis KH Zaenuddin MZ. Ceramah kesaksian itu direkam dalam VCD dan dijual di gereja. Setahun berikutnya, giliran pelawak Muslim asal Sunda, Kang Ibing, yang difitnah telah dibaptis masuk Kristen. Dalam acara Diklat Antisipasi Pemurtadan di Masjid Al-Fajr Buah Batu Bandung pada 26 Desember 2004, Kang Ibing menolak tuduhan itu.
8. Merekayasa Aliran Sesat
Pihak Kristen turut berperan dalam memunculkan aliran sesat untuk memalingkan umat dari ajaran Islam yang benar. Pada Juni 2005, Robert Paul Walean, rohaniawan Kristen Advent, meramaikan media dengan ide agama Islam hanif. Agama baru yang mencatut nama Islam ini jelas bukan Islam, tapi doktrin Kristen Advent yang diberi label Islam dengan mencomot ayat-ayat Al-Qur’an secara serampangan sehingga mengandung banyak kesalahan. Upaya Robert Paul Walean tidak berhenti sampai di sini. Dia kemudian mendukung Ahmad Moshaddeq agar tampil menjadi rasul dengan ajaran Al-Qiyadah Al-Islamiyah.
Pada 17 Mei 2007, diadakan pengajian antara Robert Paul Walean dengan Ahmad Moshaddeq. Dalam pertemuan yang disaksikan para pengikut Al-Qiyadah yang mengaku sebagai Hawariyyin ini, Robert menyampaikan ceramah berjudul “Firman Allah dalam Dimensi Sejarah”. Dalam ceramahnya, Robert menegaskan dan membenarkan kerasulan Moshaddeq sesuai tanda-tanda yang ada dalam Alkitab (Bibel). Polda Jawa Timur akhirnya menangkap Moshaddeq dan anggota Al-Qiyadah Al-Islamiyah. Dalam proses penangkapan tersebut, aparat kepolisian menemukan Bibel dan buku pegangan yang mengutip ayat Bibel.
9. Memacari, Memperkosa, Menghamili, lalu Memurtadkan (Modus Sandi Air Mata 3 M)
Korban Kristenisasi dengan modus seperti ini adalah para remaja Muslimah. Pada akhir 1998, umat Islam Indonesia digemparkan dengan kasus penculikan dan pemurtadan seorang siswi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Gunung Pangilun Padang Sumatera Barat yang bernama Khairiyah Eniswah (Wawah). Berawal dari perkenalannya dengan seorang gadis Protestan berjilbab yang pandai berbahasa Arab dan Inggris, Wawah kemudian menjadi target Kristenisasi jaringan Gereja Kristen Protestan Indonesia Barat (GPIB). Dia diculik, lalu dibaptis, diperkosa, dan dilarikan ke Malang Jawa Timur untuk menghilangkan jejaknya dari upaya pencarian keluarganya. Kasus serupa juga terjadi di tempat lain.
Majalah Sabili edisi Mei 2000 menampilkan berita mengenai Kristenisasi dengan modus ini. Di Jakarta Timur, seorang Muslimah asal Sukabumi menjadi korban pemurtadan hingga diperdaya menikah di gereja. Masih di Jakarta Timur juga, seorang Muslimah anak Ketua Masjid telah melangsungkan pernikahan di gereja. Di Tambun Bekasi, seorang Muslimah anak mubaligh minum racun serangga hingga mati setelah dihamili dan diajak menikah di gereja, serta aktivis Muslimah anak dari LDK-Lembaga Dakwah Kampus yang sehari-harinya memakai jilbab panjang di Kampus PUSPITEK Tangerang, Banten inisial S mengajari seorang pria yang ingin mempelajari Islam nyatanya sekarang malah Perempuan yang inisial S tersebut pindah agama dan ke kampus tidak pake pakaian muslimah lagi malah pake pakaian you can see, inillallillahi wa innalillahi rojiun, hati-hatilah banyak pria kafir yang seolah-olah ingin mempelajari Islam dengan seorang muslimah padahal dia itu adalah srigala berbulu domba yang siap menerkam mangsanya, dan lelaki tersebut masih berkeliar di kampus tersebut dan mencari mangsa baru, jadi apabila ada seorang pria kafir ingin masuk Islam lebih baik diserahkan saja ke seorang Ustadz/Da’i jangan gegabah mengajari agama kepadanya, wallohu’ alam.
10. Menggunakan Bantuan Jin
Usaha pemurtadan dan Kristenisasi lewat sihir, jin dan hipnotis terjadi di beberapa daerah. Pada akhir 2003, sembilan santri putri Pesantren Khairu Ummah mengalami kesurupan. Dalam proses penyembuhan atau ruqyah, jin-jin yang merasuki tubuh anak-anak santri tersebut meminta tolong kepada Bunda Maria dan Yesus serta terus menerus menyebut Haleluya.
Selain itu, jin-jin yang merasuki para santri belia itu menyebut nama seseorang sebagai pengirim mereka. Namanya adalah Donarius, salah seorang warga sekitar yang beragama Kristen. Kasus lain yang tidak kalah menghebohkan juga terjadi di kampus Politani Universitas Andalas, di Payakumbuh. Sebanyak 23 mahasiswi berjilbab kesurupan dan menyebut-nyebut nama Bunda Maria, Yesus dan kata-kata Salib. Hampir pada waktu bersamaan, peristiwa serupa juga menimpa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Payakumbuh. Pada 23 September 2003, sebanyak 11 siswi kesurupan dan menunjukkan perilaku yang tidak berbeda dengan kasus-kasus sebelumnya.
Penutup
Kristenisasi yang marak terjadi pascareformasi sebenarnya merupakan kesinambungan dari Kristenisasi yang telah dimulai sejak para penjajah Barat masuk ke negeri ini. Hal ini bukan saja ancaman bagi umat Islam, namun juga merupakan tantangan untuk senantiasa meningkatkan dakwah dan mempererat ukhuwah Islamiyah. Sebuah nasihat bijak disampaikan oleh pendahulu kita, HM Rasjidi, mengenai pentingnya ukhuwah Islamiyah.
Ukhuwah Islamiyah pada waktu ini sangat penting, karena umat Islam sedang dirongrong oleh kekuatan Internasional yang sangat besar, yaitu misi Katolik dan zending Kristen. Ini adalah soal hidup atau mati. Tetapi kalau Ukhuwah Islamiyah di Indonesia pada waktu sekarang ini disamaratakan dengan Ukhuwah Wathaniyah, maka akan berarti bahwa tidak ada bahaya Kristenisasi, marilah kita berbondong-bondong masuk agama Masehi, toh semua agama sama saja, bahkan mungkin agama Kristen si A lebih baik daripada agama Islam si B. Persoalannya adalah melihat keadaan dan kedudukan. Ukhuwah Wathaniyah adalah baik, tetapi dalam keadaan ribuan kalau tidak jutaan umat Islam menjadi mangsa Kristenisasi, kita harus tunggu dulu, kita harus menginsafkan saudara-saudara kita yang ber“ukhuwah wathaniyah” agar sadar bahwa mengkristenkan umat Islam akan mengganggu ukhuwah wathaniyah.
Kalau tiap-tiap soal, tiap-tiap kata kita bahas sendiri, tanpa melihat hubungannya dengan keadaan dan realitas yang kita hayati, maka ke mana kita akan memimpin umat kita, Umat Islam?
Umat Islam harus mengambil hikmah dan pelajaran dari kasus-kasus Kristenisasi yang telah terjadi. Dari kasus-kasus tersebut, mungkin saja ada yang terjadi karena kesalahan dan kelalaian umat Islam sendiri. Misalnya saja, umat Islam mudah berpecah belah, gampang diprovokasi, kurang peduli terhadap sesama Muslim, kurang peka terhadap lingkungan sekitar dan kurang gigih dalam berdakwah. Dalam kondisi demikian, misi Kristen datang untuk memurtadkan umat Islam. Bukankah ini kelalaian umat Islam sendiri? Mari kita introspeksi diri! Wallohu a‘lam
Sumber data dari Ustadz Drs. H. Abu Deedat Syihab MH (Pengamat Kristologi, Penulis Buku Membongkar Gerakan Pemurtadan Umat Islam Dokumen Kristenisasi, Penerbit: Pustaka Tazkia Az Zahra, Jakarta), Data dari FAPB-Front Anti Pemurtadan Bekasi dan dari Ustadz Drs. Bernard Abdul Jabbar, M.Pd (Mantan Misionaris tinggal di Bekasi, Ketua Kamra-Komite Advokasi untuk Muslim Rohingnya Arakan, Ketua Dewan Dakwah Islamiyyah Indonesia/DDII Bekasi Raya)
(nahimunkar.com)
BLACKHAT SEO, Diperuntukan untuk mengcounter propaganda kafir di dunia cyber
Dalam kasus terorisme, media memang terkenal tidak adil dalam memberitakan Islam. Islam menjadi agama yang paling banyak disudutkan dalam aksi kekerasan. Jika pada kasus pemboman Bali, Gerakan Amrozi Cs dicari sampai ke akar-akarnya, bahkan ditumpas tak bersisa, menjadi lain ceritanya jika Kristen yang melakukan tindakan sama. Seakan media menjadi bungkam seketika.
Dalam kasus kerusuhan Poso misalnya, pengadilan hanya berhenti pada nama tiga orang terdakwa Fabianus Tibo, Dominggus da Silva, dan Marinus Riwu, dan tidak pernah diteruskan kepada siapa dibalik mereka sampai ke anggota-anggotanya. Padahal jelas Tibo cs bertindak atas nama gerakan.
Begitu juga dalam peberitaan internasional. Bush dan serdadunya -yang dikorbankan semangat Fundamentalisme Kristen-yang membunuh jutaan umat muslim di Timur Tengah, seakan-akan lenyap tanpa dosa. Media-media pun tidak ada yang memanggil Bush dengan sapaan teroris. Berbeda jika Usamah Bin Ladin yang diberitakan, baik media cetak maupun televisi ramai-ramai mencapnya teroris tanpa mendudukan kronologis dan pra asumsi yang berkembang.
Kita tentu bertanya-tanya, entah mengapa jika Kristen yang melakukan aksi kekerasan, stigma teroris menjadi kebal bagi mereka. Padahal sejarah mencatat bagaimana kekejaman yang dilakuakn Kristen bukanlah isapan jempol semata, mereka tidak hanya membantai Islam, tapi juga Yahudi, kaum Pagan, pelaku bid’ah secara keji dan tak beradab. Tulisan ini bukan untuk membangkitkan luka, namun bisa jadi pelajaran bagi kita untuk meluruskan isu seputar terorisme atas nama agama.
Pembunuhan Kaum Pagan [1]
Sejak agama Kristen diresmikan pada tahun 315 M, kuil-kuil kaum Pagan makin banyak dihancurkan oleh pengikut Kristen. Pendeta kaum pagan pun banyak dibunuh. Antara tahun 315 dan abad ke-6, ribuan orang penyembah berhala disembelih. Dan itu semua dilakukan atas nama misi Gereja.
Melaksanakan ritual ibadah pagan menjadi sangat berbahaya bagi pelakunya dan terancam hukuman mati, ini sudah terjadi mulai tahun 356 Masehi. Kaisar Kristen Theodosius (408-450M) bahkan membunuh anak-anaknya sendiri karena mereka bermain-main dengan patung-patung pagan. Menurut penulis Christian Chronicles, kaisar yang melakukan hal tersebut didasari akan kepatuhan terhadap seluruh ajaran Kristen.
Akhirnya, pada abad ke 6 seluruh hak hidup para penganut Pagan dinyatakan dicabut. Bahkan sebelumnya pada awal abad ke-4, filosof Sopratos dihukum mati atas perintah penguasa Kristen.
Selanjutnya di tahun 415 M, Hypatia dari Alexandria, seorang filosof wanita yang terkenal, diseret kemudian dipotong-potong tubuhnya oleh orang-orang Kristen Koptik radikal yang dipimpin oleh pendeta Peter. Hypatia sendiri adalah seorang ilmuwan Yunani dari Alexandria Mesir. Hypatia dibunuh karena menjadi penyebab kekacauan dalam agama. Ia dijuluki sebagai "pembela ilmu pengetahuan yang gagah berani melawan agama". Dan beberapa pendapat mengatakan kematiannya menandai akhir dari zaman Hellenistik dan dimulainya zaman kegelapan (The Dark Ages).
Pembunuhan Atas Nama Misi Gereja
Selain membunuh secara kejam dan membabi buta kaum pagan, Kristen juga melakukan terorisme dan kesadisan terhadap mereka-mereka yang tidak mau ikut agamanya. Kaisar Karl (Charlemagne), misalnya, pada tahun 782 M tanpa punya nurani memenggal kepala 4500 orang Saxon, karena mereka tidak mau memeluk agama Kristen.
Kaum tani yang tidak mau membayar sumbangan kepada Gereja pun mengalami hal serupa. Mereka dijatuhi hukuman mati layaknya manusia penuh dosa. Jumlahnya pun tidak main-main, antara 5000 sampai 11.000 pria, wanita dan anak-anak, dibunuh pada tanggal 27 Mei 1234 dekat Altenesch (Jerman).
Lalu pada abad ke 16 dan 17 M, tercatat puluhan ribu warga Irlandia dibunuh. Pasukan Inggris terjun ke wilayah ini semata-mata demi menjinakkan orang-orang Irlandia yang liar. Mereka di anggap tidak lebih dari binatang yang hidup tanpa mengindahkan hukum-hukum Tuhan. Seorang pimpinan tentara Inggris yang terkenal kejam adalah Humphrey Gilbert yang memerintahkan untuk memenggal kepala semua tawanan.
Pembantaian Dalam Perang Salib
Belum lagi fakta, di Semlin dan Wieselburg (Hungaria), pada tanggal 12 sampai 24 Juni 1096 ribuan orang dihilangkan nyawanya secara kejam. Hanya dalam waktu hitungan hari dari tanggal 9 sampai 26 September 1096 sekitar 1000 orang dibunuh di Nikala atau Xerigordon (Turki).
Kita juga tidak lupa pada tanggal 11 Desember 1098, seribu orang Muslim di bantai di Marra. Tentara Salib yang lapar karena kehabisan makanan sampai-sampai mengambil daging mayat musuh yang sudah mulai membusuk dan memakannya (Christian Chronicle, Albert Aquensis).
Penaklukkan kota Jerusalem yang terjadi pada tanggal 15 Juli 1099 pun dihiasi kematian 60.000 warga Muslim, Yahudi, laki-laki dan anak-anak, yang dibunuh secara keji oleh Pasukan Perang Salib. Puluhan ribu kaum muslim yang mencari penyelamatan diatas masjid Al Aqsha pun dikejar sampai dapat dan mereka dibantai dengan sangat sadis.
Kekejaman demi kekejaman pasukan salib memang sulit dinalar oleh akal sehat. Setahun sebelumnya, pada tahun 1098, pasukan tentara bengis itu telah membunuh ratusan ribu kaum muslim di Arra’t-un-Noman, salah satu kota di Syria. [2] Mereka bergerak atas “sabda” Paus Urban yang menyeru “Killing these godless monsters was a holy act: it was a Christian Duty to exterminate thi vile race from our lands” atau “Membunuh para monster tak bertuhan itu adalah tindakan suci: adalah kewajiban umat Kristen untuk memusnahkan angsa jahat itu dari wilayah kita.”
Salah satu saksi mata sampai-sampai menyatakan bahwa ,"Genangan darah manusia di depan Kuil Solomon setinggi pergelangan kaki orang dewasa”. Sedangkan, salah seorang penulis Kristen bernama Eckehad dari Aura mengatakan, “bahkan berlanjut hingga musim panas, udara di seluruh Palestina masih tercemari oleh bau mayat-mayat yang membusuk".
Pembunuhan Terhadap Orang Bid’ah (Inkuisisi)
Sejatinya, Inkuisisi (dengan huruf I besar) adalah istilah yang secara luas digunakan untuk menyebut pengadilan terhadap bidaah oleh Gereja Katolik Roma. Undang-undang ini mengandung peraturan-peraturan yang sangat keras. Sanksi pelaku bid’ah bahkan bisa sangat mengerikan daripada kaum pagan yang jelas-jelas kafir dalam konsep mereka.
Dalam sejarahnya, Gereja Trinitarian yang menjatuhkan keputusan bersalah kepada seorang pelaku bid’ah akan memberikan hukuman tak berperi dari mulai penyiksaan, pembakaran sampai pemenggalan kepala.
Kasus ini sempat menimpa kaum Manichaean. Kaum Manichean adalah salah satu sekte yang dinyatakan bid’ah dalam Kristen karena melakukan praktek pengendalian kelahiran (KB) yang tidak diajarkan oleh Gereja Katholik. Bayangkan karena hal itu, ribuan orang Manichean menjadi korban seiring kampanye besar-besaran ke seluruh kekaisaran Romawi antara tahun 372 M sampai 444 M.
Selain pembasmian yang menimpa kaum Manichean, hal serupa juga menimpa kelompok Cathars. Orang-orang Cathars pada dasarnya menganut Kristen dengan baik, tetapi pada sisi lain mereka menolak segala peraturan Gereja Katholik Roma yang dirasa tidak adil seperti pajak dan larangan pengendalian kelahiran.
Lantas hanya karena hal itu, Paus Innocent III memerintahkan untuk membunuh para pengikut Cathars di tahun 1209. Kota Beziers (Perancis) pada tanggal 22 Juni 1209 pun dihancurkan. Semua makhluk yang hidup di dalamnya pun dibantai tanpa ampun. Jumlah korban menurut catatan sejarah berkisar pada angka 70.000 manusia, angka itu termasuk jumlah pemeluk Katolik yang menolak untuk menyerahkan tetangga dan sahabatnya yang di kategorikan bid’ah oleh Gereja.
Bid;ah lainnya yang juga dilakukan oleh Waldensians, Paulikians, Runcarians, Josephite dan lain-lain juga dienyahkan hingga tak bersisa. Ratusan ribu orang kemudian mati tak bernyawa oleh kekejeman pihak gereja. Bahkan John Huss, yang mengkritisi "Papal Infallibility" (Kemustahilan Paus berbuat salah) dan Surat penebusan dosa, dibakar hidup-hidup di tiang pancang pada tahun 1415.
Pembunuhan Terhadap Yahudi
Yang juga turut mengalami kekejaman selain Islam adalah kaum Yahudi. Max Margolis dan Alexander Marx dalam “A History of Jewish People” menceritakan bahwa pada periode 612-620 M, banyak kasus terjadi dimana Yahudi dibaptis secara paksa. Euric (680-687) membuat keputusan bahwa seluruh orang Yahudi yang dibaptis secara paksa ditempatkan dibawah pengawasan khusus pejabat dan pemuka gereja. Setelah diKristenkan secara paksa, orang-orang Yahudi itu tetap diawasi secara ketat oleh gereja, takut kalau-kalau mereka kembali melakukan ibadah Yahudi.
Bahkan Raja Egica (687-701) membuat keputusan bahwa semua Yahudi di Spanyol dinyatakan sebagai budak. Keputusan sepihak itu tidak saja berlangsung dalam satu sampai dua tahun, namun untuk selamanya. Harta benda kaum Yahudi disita dan mereka diusir dari rumah-rumah sehingga tersebar ke berbagai provinsi. Lebih dari itu anak-anak Yahudi yang berumur tujuh tahun ke atas diambil paksa dari orangtuanya dan diserahkan kepada keluarga Kristen. [3]
Selanjutnya pada tahun 1096, saat Perang Salib pertama, ribuan orang Yahudi dibunuh oleh Salibis Kristen di kota Worm teparnya pada tanggal 18 Mei 1906, di Mainz. Lalu pada tanggal 27 Mei 1096 sekitar 1100 orang Yahudi juga mengalami pembantaian.
Dalam Perang Salib itu, tercatat 12.000 orang Yahudi dibunuh dimana tempatnya membentang dari Worms, Mainz, Cologne, Neuss, Altenahr, Wevelinghoven, Xanten, Moers, Dortmund, Kerpen, Trier, Regensburg, Prag hingga Metz di Perancis.
Sedangkan pada tahun 1348 nasib naas juga dialami Yahudi, dua ribu orang diantara mereka dibunuh di Bassel (Swiss) dan Strassbourg. Sedangkan pada tahun 1349 diKita Praha, data menyatakan bahwa 3000 orang Yahudi telah tewas terbunuh. Sedang pada 42 tahun selanjutnya, takni pada tahun 1391, kaum Yahudi Seville habis oleh Kardinal Martines. Dalam catatan sejarah tercatat sebanyak 4000 orang Yahudi tewas dan 25.000 lainnya dijual sebagai budak.
Ternyata itu pun belum berakhir. Abad 15 adalah abad yang menjadi saksi pembantaian besar-besaran kaum Yahudi dan muslim di Spanyol dan Portugal. Pada tahun 1483 misalnya, 13.ooo orang Yahudi dieksekusi atas perintah komandan inquisisi Spanyol, Faray Thomas de Torquemada.
Jatuhnya Granada ke tangan Spanyol juga berbuah ancaman bagi Yahudi. Hanya dalam beberapa bulan antara akhir April sampai 2 Agustus 1492, sekitar 150.000 kaum Yahudi diusir dari Spanyol. Sebagian besar dari mereka kemudian mengungsi ke wilayah Turki Utsmani yang menyediakan tempat aman bagi Yahudi.
Stand J Shaw dalam “The Jews of the Ottoman Empire and the Turkish Republic” mencatat jumlah Yahudi yang terusir dari Spanyol tahun itu sebanyak 160.000. Dari jumlah itu, 90.000 mengungsi ke Turki. 25.000 ke Belanda, 20.000 ke Maroko, 10.000 ke Prancis, 10.000 ke Italia dan 5.000 ke Amerika. Yang mati dalam perjalanan diperkirakan 20.000 orang. Sedangkan yang dibaptis tetap di Spanyol sebanyak 50.000 orang. [4]
Kekejeman Terhadap Muslim di Guantanamo
Dalam perkembangan modern, terror Kristen pun tidak pernah berhenti. Kebencian mereka terhadap Islam dilakukan dalam jejak-jejak pemerintahan Amerika Serikat. Mereka tidak saja membasmi jutaan umat muslim di Afghanistan, Pakistan, Kaukasus, Somalia, Palestina, Bosnia tapi juga menahan tawanan-tawanan muslim di penjara terkejam di Guantanamo. Umat muslim disiksa, dilecehkan, namun lagi-lagi tidak ada yang menyebut mereka dengan sapaan teroriss, bahkan sampai detik ini.
Lawrence Wilkerson, asisten mantan Menteri Luar Negeri AS Colin Powell, pernah membuat pengakuan dalam suatu pernyataan yang ditandatangani untuk mendukung gugatan yang diajukan oleh seorang tahanan Guantanamo, Adel Hassan Hamad.
Hamad, seorang pria Sudan yang ditahan di Teluk Guantanamo sejak Maret 2003 sampai Desember 2007, mengklaim bahwa dia mengalami penyiksaan oleh agen-agen AS saat berada di dalam tahanan dan mengajukan gugatan terhadap beberapa nama pejabat Amerika.
Menurut Wilkerson, baik Dick Cheney maupun Donald Rumsfeld sebenarnya mengetahui bahwa sebagian besar dari 742 tahanan yang pertama kali dikirim ke Guantanamo pada tahun 2002 adalah mereka yang tidak bersalah, tetapi yakin bahwa ada kemungkinan untuk membiarkan para tahanan itu bebas.
Wilkerson, yang menjabat sebagai kepala staf Powell sebelum ia meninggalkan pemerintahan Bush tahun 2005, mengklaim bahwa sebagian besar tahanan, yang terdiri dari anak-anak berumur 12 hingga kakek-kakek setua 93 tahun, tidak pernah melihat seorang tentara AS sebelumnya, kecuali setelah mereka ditangkap.
Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa Rumsfeld dan Cheney pada khususnya, tidak punya belas kasihan bagi orang yang tak bersalah dan harus mendekam di Guantanamo selama bertahun-tahun, serta harus mengalami penderitaan hanya demi kepentingan AS untuk membenarkan perang melawan terornya.
“Dia (Cheney) sama sekali tidak memiliki kekhawatiran bahwa sebagian besar tahanan Guantanamo itu tidak bersalah … Jika ratusan individu yang tidak bersalah harus menderita,” kata Wilkerson.
Selanjutnya, Mohammad al-Kahtani, tersangka ke-20 peledakan serangan 11 September yang ditahan di Teluk Guantanmo, Kuba dalam sebuah catatan harian penjara mengaku dipaksa telanjang sambil menirukan gonggongan anjing saat menjalani penyidikan.
Saat tengah malam, kepala Kahtani kerap digebyuri air dan telinganya dijejali musik-musik keras karena mendadak harus menjalani pemeriksaan. Permintaannya untuk shalat senantiasa ditolak.
Selain itu, warga Arab Saudi ini juga diinterogasi di sebuah ruangan yang didekorasi dengan gambar-gambar korban 11 September. Sudah tak terhitung berapa kali dia harus kencing di celana karena ketakutan. Harga dirinya juga dicabik-cabik ketika lehernya dikalungi gambar wanita setengah bugil. Sampai pernah suatu saat dia minta diperbolehkan bunuh diri.
Gambar-gambar yang sangat mengagetkan dunia, mengenai bagaimana para tahanan diperlakukan pernah beredar di awal tahun 2002 silam. Kondisi mereka lemah, dalam pakaian oranye yang menyala, mata, mulut, dan telinga disekap, kedua tangan dan kaki dirantai. Sel-selnya seperti kandang ayam. Kawat- kawat berduri melintang ke sana kemari siap merobek kulit dan daging.
Selanjutnya, Mohammed Sagheer, 52 tahun, seorang da’i Pakistan yang telah dikeluarkan dari Guantánamo juga menglima terror mental. Para sipir penjara menurutnya menggunakan obat untuk mengendalikan para tahanan. Sagheer menyatakan bahwa para tentara itu memberi tahanan sebuah tablet yang akan membuat para tahanan tak sadarkan diri.
“Saya sembunyikan tablet-tablet itu di bawah lidah, lalu membuangnya begitu penjaga tidak melihat,” katanya. Sagheer mengaku dua kali dihukum di sel isolasi yang gelap karena meludahi penjaga, yang menurutnya telah memprovokasinya dengan melempar Qur’an dan memukulinya. 
BLACKHAT SEO, Diperuntukan untuk mengcounter propaganda kafir di dunia cyber
Sungguh prihatin ketika saya berdiskusi dengan beberapa orang kristen dimana mereka menyampaikan argumen-argumen yang ternyata tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan. Mereka begitu memaksakan sebuah pengertian Ketuhanan agar cocok dengan ajaran yang mereka yakini selama ini karena memang apa yang mereka yakini ternyata tidak sesuai dengan ajaran Nabi yang mereka Tuhankan. Berikut beberapa pembodohan yang dilakukan oleh ajaran kristen.
  1. Kristen lahir dari kalangan bangsa Israel yang dikenal sebagai keturunan Nabi Ibrahim yang mengajarkan ajaran monotheism sehingga ketika berbicara masalah keEsaan Allah maka mereka akan berusaha mencocok-cocokkannya dengan ajaran trinitas. Contohnya adalah ketika berbicara tentang ayat Markus 12:29 maka akan jadi seperti ini, â€œJawab Yesus: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa (Bapa, Putera dan Roh Kudus)”. Mereka menganggap bahwa Tiga pribadi Allah ada dalam keesaan. Tahukah anda bahwa dalam ilmu pengetahuan, Esa itu hanya berkaitan dengan faham monotheism. Sedangkan bila ada yang mengatakan bahwa ada banyak pribadi Tuhan yang berasal dari keesaan Allah, maka itu dinamakan faham soft politheism. Faham monotheism dan soft politheism jelas berbeda. Silahkan anda cari perbedaannya di wikipedia atau disitus yang menjelaskannya melalui google. Kristen membutakan diri bahwa ajaran trinitas mereka masuk dalam faham soft politheism dan tetap saja ngotot bahwa ajaran mereka adalah ajaran monotheism.
  2. Esa dan Tunggal (tritunggal/trinitas) dikatakan memiliki pemahaman yang berbeda, untuk lebih meyakinkan diri bahwa ajaran tritunggal/trinitas kristen adalah ajaran monotheis, maka mereka mengatakan bahwa Esa itu adalah bentuk satu yang tidak mutlak sedangkan tunggal bentuk satu yang mutlak. Padahal kalo kita mau lebih berfikir, maka Esa=satu=1 adalah sebuah bilangan mutlak yang tidak tergantung pada apapun, berbeda dengan tunggal yang lebih situasional dimana tunggal baru bisa terjadi bila tidak ada jamak dan tunggal bisa hilang bila ada jamak. Tunggalpun bisa dikondisikan dari sesuatu yang jamak, contohnya adalah manunggal, tritunggal atau politunggal. Kristen ngotot bahwa Esa adalah satu yang tidak mutlak dan tunggal adalah mutlak. Padahal ajaran Esa ini adalah ajaran para Nabi, kristen seolah2 mengatakan bahwa ajaran Ketauhidan para Nabi adalah ajaran yang tidak mutlak.
  3. Didalam Alkitab jelas dikatakan bahwa para Nabi mengajarkan tentang ajaran Allah yang melarang adanya penyembahan kepada berhala. Lalu apa pengertian berhala itu? Dari beberapa kamus ilmu pengetahuan bisa ditarik kesimpulan bahwa berhala adalah segala bentuk fisik yang dianggap sebagai representasi dari Tuhan atau Tuhan yang bisa digambarkan. Kristen adalah ajaran penyembahan kepada Yesus (bentuk fisik) yang dianggap sebagai representasi dari Allah/Tuhan, maka dari pengertian tentang berhala maka bisa dikatakan bahwa Kristen adalah penyembah berhala. Namun karena kristen mengaku ajarannya berasal dari Alkitab, maka mereka membutakan diri tentang pengertian berhala tersebut dan tetap ngotot bahwa Yesus adalah Tuhan.
  4. Konsep penebusan dosa dengan kematian Yesus dikayu salib yang kemudian bangkit dihari ketiga menjadi ajaran utama dalam kristen. Dikatakan bahwa Yesus harus mati demi menebus dosa-dosa orang kristen. Tahukah anda bahwa menurut ilmu pengetahuan, manusia yang mati kemudian hidup kembali disebut mati suri. Mati suri itu bukanlah mati, melainkan hanya dekat dengan kematian karena yang namanya mati itu tidak akan hidup kembali. Jadi bila Yesus mati ditiang salib lalu kemudian bangkit kembali, maka Yesus hanya dikatakan mengalami mati suri. Jadi bila Yesus tidak mati dan hanya mengalami mati suri, maka tentu saja tidak ada dosa yang ditebus. Namun kristen membutakan diri bahwa Yesus hanya mengalami mati suri/tidak pernah mati dan tetap ngotot mengatakan bahwa Yesus benar2 mati disalib walau kronologis selanjutnya Yesus ditemukan kembali masih hidup.
  5. Kristen dikatakan bukanlah sebuah agama melainkan hanya sebuah ajaran yang meneladani Yesus. Jadi orang-orang kristen dianggap sebagai pengikut ajaran monotheism Yahudi yang dianut oleh Yesus. Maka tidaklah heran ada beberapa orang kristen yang memegang adat-adat yahudi dalam kekristenan mereka agar seolah-olah kristen adalah ajaran monotheism seperti yahudi. Apakah pengertian agama itu sendiri? Agama adalah sebuah sistem kepercayaan kepada Tuhan. Jadi apabila ada yang diTuhankan dalam sebuah ajaran, maka ajaran itu adalah sebuah agama. Karena Kristen memiliki Yesus sebagai yang diTuhankan maka Kristen adalah sebuah agama tersendiri. Banyak orang kristen yang ngotot mengatakan bahwa ajaran mereka bukanlah sebuah agama dan menutup mata dari pengetian agama itu sendiri.
BLACKHAT SEO, Diperuntukan untuk mengcounter propaganda kafir di dunia cyber
Penampilan Yesus sering digambarkan berambut gondrong panjang, berkulit putih, dan berjambang, tidak memiliki dasar apapun yang jelas. 1 Korintus 11:14-15 yang ditulis oleh Paulus mengatakan 'Bukankah alam sendiri menyatakan kepadamu bahwa adalah kehinaan bagi laki-laki jika ia berambut panjang. Tetapi bahwa adalah kehormatan bagi perempuan jika ia berambut panjang' Jika memang betul Yesus itu berambut gondrong seperti figure atau gambaran yang ada, baik dalam lukisan maupun patung. Bukankah ini adalah sebuah celaan dari Paulus untuk Yesus? Perhatikan kata 'kehinaan bagi laki-laki jika ia berambut panjang', kenapa Paulus berani-beraninya mencela kegondrongan rambut Yesus? Kalau ia memang betul-betul murid Yesus dan pernah bertemu Yesus.
Ketiadaan dasar yang jelas perihal penampilan fisik Yesus tersebut, tentunya sebagai manusia yang kritisakan timbul berbagai pertanyaan;
1. Seperti apakah penampilan Yesus sesungguhnya? Betulkah ia berambut gondrong dan berkumis serta brewok seperti gambaran yang ada saat ini? Bagaimana jika Gereja tidak memilki patung Yesus yang berambut gondrong panjang, tentu terasa ‘kurang’ bukan?. Bukannya semua Gereja pasti memiliki setidaknya lukisan, fragmen, atau patung Yesus dengan rambut gondrongnya. Doktrin agama seharusnya memiliki dasar kebenaran yang jelas. Jika tidak, apa bedanya dengan mitos-mitos atau dongeng lainnya.
2. Jika memang Yesus tidak gondrong seperti gambaran yang ada, lalu siapa orang yang pertama kali menyebarkan gambaran figure Yesus yang berambut gondrong? Hebatnya, orang-orang ini telah sukses membuat skenario yang diyakini oleh banyak orang di dunia, kalau Yesus itu gondrong. Bila persoalan rambut dan penampilan fisiknya Yesus saja dapat dimanipulasi, lalu apa susahnya memalsukan ajaran Injil lainnya, dan menyebarkan pada penganutnya. Coba direnungkan.
3. Kemungkinan selanjutnya, yaa..... mungkin saja Yesus itu memang gondrong, tapi kalau begitu berarti Paulus tidak pernah ketemu dengan Yesus dong! Jika dia memang betulan murid Yesus, masa sih dia berani mencela Yesus. Kalau Paulus memang di ilhami Roh Kudus yang oleh umat Kristen diyakini sebagai oknum Tuhan, kenapa dia mencela Yesus? Berarti dia mencela dirinya sendiri.
no image
BLACKHAT SEO, Diperuntukan untuk mengcounter propaganda kafir di dunia cyber
AKHIR-akhir ini dunia maya dihebohkan dengan video di Youtube berjudul “Kristenisasi Terselubung di Car Free Day”. kesaksian Kristen
Video yang diunggah 3 November 2014 ini merekam aksi sebuah kelompok yang memanfaatkan momen car free day di Jakarta untuk melakukan misi Kristenisasi.
Meski kelompok tersebut membantah adanya misi Kristenisasi, namun dalam video yang diunggah oleh rtkChannel HD ini, terlihat seorang wanita tertangkap kamera sedang mengajak seorang nenek berjilbab untuk mempercayai Yesus.
Aksi provokatif tersebut dapat dilihat pada menit 14:17 hingga menit ke 15:00. Wanita berkaus hitam dan bertopi putih dengan nada membujuk mengajak seorang nenek berkerudung untuk mempercayai Yesus. Melihat hal itu, tim rtkChannel HD menegurnya.
“Ya ampun, Bu. Jangan begitu dong, Bu. Saya denger, Bu. Kenapa Ibu tahu itu dia pakai kerudung, disuruh percaya sama Yesus,” kata tim rtkChannel HD membuat kaget misionaris tersebut. Sadar aksinya dipergoki, ia pun kemudian meminta maaf dan pergi meninggalkan calon korbannya tersebut. [Lihat: Heboh Kristenisasi Terselubung di Car Free Day Jakarta, Beritapopuler.com, Ahad (9/11)]
Sulit rasanya untuk menampik adanya upaya Kristenisasi terselubung dalam aksi tersebut. Mengingat dogma-dogma Nashrani disuntikkan secara sistematis kepada remaja-remaja muslim.
Sejatinya problem Kristenisasi bukanlah masalah baru di Indonesia. Sejak ratusan tahun umat Islam Indonesia telah berjuang di garis depan untuk mempertahankan akidahnya dari upaya pemurtadan.
Tahun 1964, tokoh Kristen Batak, Dr. Walter Bonar Sidjabat, menegaskan misi sejati kehadiran Kristen dan Gereja-gereja di seluruh pelosok Indonesia tak lepas dari agenda Kristenisasi. Dalam pengantar bukunya Panggilan Kita di Indonesia Dewasa Ini, Sidjabat menulis:
“Kita terpanggil untuk mengikrarkan iman kita di daerah-daerah berpenduduk berambut keriting, berombak-ombak dan lurus-lurus, di tengah penduduk berkulit coklat, coklat tua, kuning langsat dan sebagainyaGuna penuaian panggilan inilah gereja-gereja kita berserak-serak di seluruh penjuru Nusantara agar rakyat yang “bhineka tunggal ika”, yang terdiri dari penganut berbagai agama dan ideologi dapat mengenal dan mengikuti Yesus Kristus.” [Lihat: Dr Sidjabat, Panggilan Kita di Indonesia Dewasa Ini, Jakarta: Badan Penerbit Kristen, 1964]
Kejadian Car Free Day tentu membuat kita miris. Ternyata praktek penyebaran paham Kristen dilakukan di tengah masyarakat sedang menikmati waktu luang. Meski berbagai simbol Kristen sudah familiar, ternyata banyak kaum muslimin tidak mengetahuinya. Jikapun ada yang paham, mereka terlihat acuh.
Sikap acuh umat Islam terhadap invasi akidah inilah yang membuat populasi umat Islam di Indonesia terus menurun. Data Kementerian Agama mencatat jumlah pemeluk agama Islam mengalami penyusutan tiap tahunnya. Dari yang semula 95 persen hingga menjadi 92 persen. Kemudian tahun berikutnya menjadi 90 persen dan kemudian menjadi 87 persen.
Sementara data terakhir Badan Pusat Statistik pada 2010 menunjukkan, persentase umat Islam 87,18 persen; Kristen 6,96 persen; Katolik 2,91 persen; Hindu  1,69 persen; Budha 0,72 persen; Konghucu 0,05 persen; dan lainnya 0,13 persen.
Selain itu, ada kelompok yang tidak terjawab 0,06 persen dan tidak ditanyakan 0,32 persen. [Lihat: Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianuthttp://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=321]
Saat masih menjabat sebagai Menteri Agama, Suryadharma Ali mengaku heran dengan penurunan jumlah umat Islam. Dia mengaku resah dan menyesalkan kenapa hal ini bisa terjadi. “Padahal, di sisi lain jumlah penduduk Indonesia terus bertambah. Tapi, mengapa jumlah umat Islamnya sendiri malah terus berkurang,” kata dia.
Bagi kaum Muslim, persoalan misi Kristen, bukanlah masalah sepele. Orang yang berganti agama, keluar dari agama Islam, dalam pandangan Islam disebut orang yang murtad dan kafir. Amal perbuatan mereka tidak diterima oleh Allah (QS 2:217, 24:39).
Problem melawan arus Kristenisasi memang susah-susah mudah. Dalam beberapa kasus, menunjukan adanya problematika yang berbeda. Dari mulai ekonomi, politik, budaya hingga kosongnya peran dakwah. Kadang dibutuhkan pendekatan integral untuk menghadapi kompleksitas masalah Kristenisasi.
Tapi kendala-kendala itu bukan mustahil untuk diselesaikan oleh umat Islam. Banyak kiprah dakwah di pedalaman yang mengukir kisah sukses. Dari mulai warga yang kembali ke Islam setelah dikristenkan, kisah muslimah yang diselamatkan dari upaya kawin lari oleh pendeta, hingga perjuangan sebuah keluarga miskin yang tebal imannya meski diimingi-imingi ekonomi oleh gereja.
Berkat dakwah para da’i pula banyak angka buta Qur’an dapat ditekan. Kisah-kisah seperti ini sudah sepatutnya diangkat sebagai motivasi bagi kita semua.
Kolom Agama: Penguatan Identitas Warga Negara
Tentu maraknya Kristenisasi harus diimbagi dengan penguatan identitas keagamaan warga negara. Hemat penulis, pengosongan kolom agama akan meningkatkan potensi Kristenisasi kepada umat Islam.
Jika mengacu pada “kasus” Car Free Day, tentu kita bertanya-tanya: Jika seorang muslimah yang jelas-jelas memakai jilbab saja masih diajak untuk meyakini ajaran Kristen, bagaimana mereka yang tidak memakai identitas agamanya?
Seharusnya pemerintah berpikir ulang untuk menggulirkan ide bolehnya pengosongan kolom agama. Sudah sepatutnya pemerintah mendengarkan pihak-pihak terkait, khususnya Majelis Ulama Indonesia sebelum mengeluarkan wacana ini.
Jika kita ingin berpikir jauh, penghapusan kolom agama rentan dimanfaatkan pihak-pihak tertentu untuk membuka keran praktek-praktek penodaan agama, kristenisasi, hingga celah masuknya ateisme.
Kita tidak dapat membayangkan, jika kolom agama di KTP boleh dikosongkan, bagaimana seorang siswa muslim dapat mengetahui haknya bahwa guru agama mereka adalah seorang ustadz bukan pendeta. Bahwa pria yang ingin dinikahi seorang muslimah benar muslim, bukan Yahudi.
Sikap Umat Islam terhadap Kristenisasi
Berkaca dari maraknya Kristenisasi, sudah seharusnya kelompok Kristen menyadari betul bahwa akidah dalam ajaran Islam adalah segala-segalanya. Islam adalah agama toleran, tapi umat Islam bisa tegas jika urusan akidah dikooptasi.
Hal ini berbeda dengan Islam. Islam tidak pernah memaksa kaum Kristiani masuk agam Islam. Mendesak seorang Pendeta dengan todongan senjata agar mau memeluk Islam. Karena Islam mengenal ayat Lakum Dinukum waliyadin. Bagimu agamamu, bagiku agamaku.
Umat Islam menghargai berdirinya hak beribadah kaum kristiani di gereja. Tapi umat Islam bisa bereaksi ketika KTP mereka dipalsukan untuk memuluskan pendirian gereja ilegal.
Mohammad Natsir yang dikenal lembut dan bersahaja bisa sangat tegas jika kelompok Kristen memaksakan keimanan kepada umat Islam. Dalam sebuah khutbahnya, pahlawan nasional itu meminta kepada kelompok Kristen untuk tidak bermain api dengan akidah kaum muslimin.
“Isyhaduu bi annaa muslimun! Saksikanlah (dan akuilah) bahwa kami ini adalah Muslimin! Yakni orang-orang yang sudah memeluk agama. Agama Islam. Orang-orang yang sudah mempunyai identitas, yakni Islam. Janganlah identitas kami saudara ganggu. Jangan kita ganggu mengganggu dalam soal agama ini…” tegasnya.
Kita berharap ada langkah-langkah strategis dari pihak-pihak terkait agar kasus ini tidak terulang. Umat Islam dituntut untuk menambah ilmu pengetahuan agar modus-modus seperti ini bisa diendus dan dapat terhindar dari praktek Kristenisasi terselubung. Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari ini semua.
BLACKHAT SEO, Diperuntukan untuk mengcounter propaganda kafir di dunia cyber

Assalamualaikum wrwb,
Saya penasaran dengan cerita teman saya yang mengatakan bahwa sebenarnya pada tanggal 25 desember diperingati untuk menyembah dewa matahari, pada hari itu rakyat yunani kuno melakukan upacara dengan pesta mabuk-mabukan dan melakukan ( maaf ) pesta seks. Untuk membujuk rakyat yunani agar mau memeluk agama kristen, sang raja harus tetap mengizinkan rakyatnya melakukan pesta pada tanggal 25 desember seperti biasanya. singkat cerita dipilihlah tanggal 25 desember menjadi hari natal umat kristen karena alasan tersebut. Terus terang saya masih belum jelas tentang hal tersebut, karena itu saya mohon penjelasan detailnya.  Sebelumnya saya ucapkan terima kasih.Sejarah Natal
Saya sangat senang denagan cerita-cerita tentang sejarah  kejayaan Islam. saya tertarik denagan artikel mengenai suku indian yang telah memeluk agama Islam, kira-kira dimana saya dapat mengetahui artikel atau buku tentang hal itu, mohon petunjuknya.  Terima kasih Pak.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Saudara Richi yang dirahmati Allah Swt, pertama kali yang ingin saya tekankan jika perayaan 25 Desember itu berasal dari perayaan kaum pagan Roma Kuno (Romana), bukan Yunani (Greek). Jerusalem dan sekitarnya di masa sebelum dan setelah Nabi Isa a.s lahir berada di bawah kekuasaan kerajaan Romawi.
Bangsa Romawi ketika itu memeluk agama pagan dengan memuja dewa-dewi yang jumlahnya sangat banyak dan terkenal sangat mengumbar kesenangan ragawi. Mereka menganggap raga yang sempurna, kecantikan lahiriah, sangat penting dan kenikmatan ragawi merupakan kenikmatan yang harus dikejar selama-lamanya. Sebab itu, lelaki Roma sangat gandrung pada olahraga yang bisa membentuk kekuatan fisik, memperbesar otot-otot badannya, dan juga merawat seluruh tubuhnya. Sekarang, kebiasaan lelaki Roma ini diwarisi oleh apa yang disebut sebagai Pria Metroseksual.
Sedangkan perempuan Roma, juga sangat memelihara tubuhnya dan sisi sensualitasnya. Mereka akan sangat bangga jika dikejar-kejar banyak pria. Bahkan bukan rahasia lagi jika perempuan Roma saat itu belomba-lomba untuk dijadikan “piala bergilir” para lelaki Roma. Tanggal 14 Februari selalu ditunggu-tunggu oleh mereka untuk memuaskan hasrat rendahnya dengan menggelar pesta syahwat di seluruh kota. Inilah yang sekarang dirayakan banyak orang sebagai Hari Valentine, yang sesungguhnya berasal dari Hari Perayaan Perzinahan.
Keyakinan inti pagan Roma itu berasal dari dua sumber, yakni tradisi Osirian Mesir kuno dan ilmu-ilmu sihir Babylonia. Keduanya bergabung dan sekarang dikenal sebagai Kabbalah. Mereka memiliki hari-hari istimewa yang dirayakan setiap tahun, termasuk tanggal 25 Desember yang dirayakan sebagai Hari Kelahiran anak Dewa Matahari atau Sol Invictus. Sebagian ahli menganggap istilah “Anak Dewa Matahari” itu dinisbatkan pula kepada Namrudz, Raja Babylonia, yang mengejar-ngejar Nabi Ibrahim a.s.
Mereka percaya, anak Dewa Matahari ini lahir di hari Minggu. Sebab itu mereka menamakan hari Mingu sebagai Sun Day, Hari Matahari. Mereka juga beribadat di hari tersebut. Semua ini diadopsi kekristenan sampai sekarang.
Hari Natal memiliki arti sebagai Hari Kelahiran. Hanya Gereja Barat yang merayakan Natal pada tanggal 25 Desember, sedangkan Gereja Timur tidak mengakui Natal pada 25 Desember tersebut. Lucunya, di tahun 1994, Paus Yohanes Paulus II sendiri telah mengumumkan kepada umatnya jika Yesus sebenarnya tidak dilahirkan pada 25 Desember. Tanggal itu dipilih karena merupakan perayaan tengah-musim dingin kaum pagan. Saat itu umat Katolik gempar, padahal banyak sejarawan telah menyatakan jika 25 Desember tersebut sebenarnya merupakan tanggal kelahiran banyak dewa pagan seperti Osiris, Attis, Tammuz, Adonis, Dionisius, dan lain-lain.
Kisah yang sesungguhnya tentang hari Natal bisa kita cari di internet, antaa lain tulisan yang dibuat oleh Pastor Herbert W. Amstrong, sejarawan Kristen yang menentang banyak hal tentang Natal pada tanggal 25 Desember. Yang banyak orang tidak mengetahui, keseluruhan dasar bangunan kekristenan sekarang ini sesungguhnya dibangun atas kerangka dasar ritus pembaharuan Osirian di Mesir kuno. Beberapa di antaranya adalah:
Pertama, Yesus dianggap anak Allah, ini sama dengan keyakinan kultus Dionisius yang sudah ada berabad sebelum Yesus lahir.
Kedua, Yesus dilahirkan di kandang, ini sama seperti kisah Horus yang lahir di kuil-kandang Dewi Isis.
Ketiga, Yesus mengubah air menjadi anggur dalam perkawinan di Qana, ini sama seperti apa yang dilakukan Dionisius.
Keempat, Yesus membangkitkan orang dari kematian dan menyembuhkan si buta, ini sama seperti Dewa Aesculapius;
Kelima, Yesus diyakini bangkit dari kematian di makam batu, sama seperti Mithra.
Keenam, Yesus mengadakan perjamuan terakhir dengan roti dan anggur di mana sampai sekarang ritual ini masih tetap berjalan di gereja-gereja, padahal ritual roti dan anggur merupakan simbolisasi penting dalam tradisi Osirian, dan juga hampir semua ritual pagan yang memuja Dewa Yang Mati seperti halnya pemuja Dionisius dan Tammuz;
Ketujuh, Yesus menyebut dirinya penggembala yang baik, ini meniru peran Tammuz, yang berabad sebelumnya telah dikenal sebagai Dewa Penggembala;
Kedelapan, Istilah ‘The Christ’ pada awal kekristenan tertulis ‘Christos’, sering tertukar dengan kata lain dalam bahasa Yunani, Chrestos, yang berarti baik hati atau lembut. Sejumlah manuskrip Injil berbahasa Yunani dari masa awal malah menggunakan kata Chrestos di tempat yang seharusnya ditulis dengan Christos. Orang-orang di masa itu sudah lazim mengenal Chrestos sebagai salah satu julukan Isis. Sebuah inskripsi di Delos bertuliskan Chreste Isis.
Kesembilan, dalam Injil Yohanes 12: 24, Yesus mengatakan, “Seandainya biji gandum tidak jatuh ke tanah dan mati, ia tetap satu biji saja, tetapi jika dia mati ia akan menghasilkan banyak buah”. Perumpamaan dan konsep ini jelas berasal dari konsep ritual Osirian;
Kesepuluh, dalam Injil Yohanes 14:2 Yesus mengatakan, “Di rumah bapakku banyak tempat tinggal.” Ini benar-benar berasal dari Osiris dan dicopy-paste dari Book of the Dead, Kitab Orang Mati Mesir Kuno yang dipercaya disimpan di kota kematian, Hamunaptra. Ini baru sebagian contoh.
Simbol Salib yang dipergunakan oleh kekristenan dahulu hingga sekarang (juga Katolik) jelas-jelas merupakan simbol Osirian kuno. Bahkan Kristen Koptik di Mesir mengambil simbol Ankh, salib Osiris dalam bentuk asli, sebagai simbol gerakannya. Masih banyak lagi kesamaan konsep kekristenan dengan agama-agama pagan Mesir Kuno, seperti dalam kebangkitan Yesus dari kematiannya, sosok Maria Magdalena dan perannya bersama Yesus, ritus pembaptisan oleh Yohanes, dan sebagainya.
Nah, sekarang merupakan fakta jika dunia kekristenan telah menghegemoni kebudayaan dunia, termasuk di Indonesia, diakui atau tidak. Sesungguhnya, yang menghegemoni dunia saat ini adalah kebudayaan yang berangkat dari keyakinan Kabbalah.
Mengenai suku Indian yang sudah masuk Islam sebelum Colombus datang ke Amerika, silakan Googling saja dengan kata “They Came Before Colombus”.
Wallahu’alam bishawab. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh